TEMPO Interaktif, Jakarta - Angin puting beliung berpeluang melanda Jakarta dan sekitarnya pada dua pekan mendatang. Angin tersebut berasal dari proses pembentukan awan hujan di musim transisi dari kemarau ke musim hujan saat ini. "Di masa transisi, angin tidak memecah awan, namun justru meningkatkan awan yang menjulang," kata Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Edvin Aldrian, Rabu, 12 Oktober 2011.
Awan menjulang itu disebabkan adanya massa udara yang mengangkat uap air dari laut utara Jakarta. Perubahan suhu udara: panas, pengap, kemudian dingin, membuat pergolakan arus udara naik-turun dengan kecepatan tinggi di dalam awan. Arus udara ini turun dengan kecepatan tinggi dan mengempas permukaan Bumi secara tiba-tiba.
Menurut Edvin, angin ekstrem ini tidak cuma dari pembentukan awan hujan. Kelahirannya juga berasal dari angin yang bertiup dari barat kemudian melalui pegunungan di Cilegon sehingga membentuk angin bergelombang dan turun di Jakarta.
Edvin mengatakan puting beliung yang berpeluang menerjang ini memiliki kecepatan 30-50 knot. Angin ini diiringi curah hujan yang cukup tinggi. Ia memprediksi dalam 10 hari ke depan, diameter butiran hujan mencapai 50 milimeter. "Curah hujan sebesar itu merupakan tanda masuk masa transisi," ujarnya.
Dengan perhitungan itu, Edvin mengimbau warga Jakarta untuk waspada terhadap cuaca di masa transisi ini. Dia sendiri tidak tahu secara pasti kapan puting beliung ini akan datang.
Hari ini, 12 Oktober 2011, Jakarta dan sekitarnya berpeluang hujan. Bahkan di Jakarta Barat, Tangerang, Depok, dan Bogor, intensitas hujan cukup tinggi, yakni mulai siang hingga malam.
HERU TRIYONO