TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta dinilai belum siap mengantisipasi gempa. Ketua Umum Jakarta Rescue, R. Hadianto Warjaman, mengatakan baru enam gedung di Jakarta yang sudah memberikan pelatihan penyelamatan diri saat gempa pada penghuninya. Keenam gedung itu adalah gedung di kompleks Bank Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Conoco Phillips, Gedung PT Taspen, dan Bank Tabungan Negara (BTN).
"Padahal proses evakuasi gedung bertingkat termasuk yang terumit," kata Hadianto dalam Diskusi Mitigasi Gempa dan Langkah-langkah Evakuasi di Gedung Bertingkat di Jakarta, Selasa, 17 April 2012.
Hadianto mengatakan ada standar yang ditetapkan dalam evakuasi warga saat gempa, yakni Urban Search and Rescue (USR). Penghuni gedung bertingkat hanya boleh diturunkan maksimal dua lantai pada awal evakuasi. Setelah itu mereka harus menunggu komando lebih lanjut. "Jangan sampai ada penumpukan di satu lantai, struktur bangunan tak akan kuat menampung beban," tutur Hadianto.
Beberapa faktor yang menyebabkan kecelakaan setelah gempa, kata Hadianto, di antaranya kepanikan massa, jalur evakuasi yang terhambat, penumpukan penghuni gedung dari berbagai lantai, serta ketidakaturan massa. Ia mengatakan penghuni gedung tak boleh turun lantai secara drastis. "Pernah ada simulasi gempa yang langsung menurunkan penghuni dari lantai delapan hingga lantai dasar, akibatnya dua orang malah meninggal," katanya.
Kurangnya persiapan ini dinilai cukup riskan. Pasalnya, wilayah Jakarta termasuk rawan gempa. Masyhur Irsyam, Ketua Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB, mengatakan setidaknya terdapat 10 titik yang berpotensi mengalami gempa besar di Selat Sunda. Namun, ia mengatakan standar bangunan yang ditetapkan pemerintah seharusnya kuat menanggung guncangan gempa. "Asalkan dibangun sesuai standar," katanya.
ANGGRITA DESYANI