TEMPO.CO, Jakarta - Setiap musim hujan, Jakarta selalu terendam banjir. Salah satu banjir terbesar terjadi pada pertengahan Januari lalu saat hampir separuh Jakarta terendam air. Lagi-lagi Sungai Ciliwung dituding sebagai penyebab utamanya. Tapi, Ciliwung tidak sendirian, banyak yang tidak tahu bahwa Sungai Cisadane juga penyumbang air bah yang mengelontor ke Ibu Kota.
Aliran Sungai Cisadane memiliki hulu Gunung Salak. Air di sungai ini disumbang sejumlah sungai kecil di sepanjang lereng Gunung Salak dan Bogor. Aliran utamanya mengalir melintasi Bogor hingga Tangerang dan akhirnya bermuara di Laut Jawa. Lantas bagaimana bisa air sungai ini bisa menyumbang banjir Jakarta?
Jawabannya ada di sekitar Istana Bogor. Tidak jauh di sana terdapat sodetan yang memecah Cisadane menjadi dua aliran. Satu tetap di aliran utama dan lainnya terhubung ke Kali Pesanggrahan, Cideng, Krukut, dan Kali Baru yang melintasi Jakarta. Saluran air itu dibangun sejak zaman Pajajaran dan tampaknya berfungsi untuk mengurangi beban debit air di Cisadane.
Karena itu, kerusakan di area hulu Sungai Cisadane bukan hanya menyebabkan banjir di Tangerang, melainkan berdampak hingga ke Jakarta. Tim Investigasi majalah Tempo edisi 4-10 Maret 2013 menulusuri hulu Sungai Ciliwung dan Cisadane. Kondisi keduanya mengenaskan. Banyak area tangkapan air yang telah beralih fungsi menjadi bangunan vila. Bahkan ratusan vila berdiri di zona inti Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Pemiliknya para penggede negeri ini, dari pengusaha, artis, politikus, hingga jenderal. Pembiaran berlangsung bertahun-tahun, Bupati Bogor dan Menteri Kehutanan saling tuding.
AGUNG SEDAYU | TIM INVESTIGASI TEMPO
Terpopuler:
Ahok Geleng-Geleng Lihat Rumah Pompa Cengkareng
Pemda Bogor Kewalahan Tertibkan Vila di Citamiang
Terowongan Blok M Bisa Meningkatkan Nilai Ekonomi
Polisi Tangkap 2 Rekan Perampok Sadis Ciracas
Pengacara Yakin Keterangan Rasyid Sesuai BAP
Pedagang Keluhkan Pembangunan Terowongan Blok M
UKM Keberatan dengan Aturan Ganjil Genap Jokowi