TEMPO.CO, Jakarta - S, 15 tahun, mengaku menjadi korban perbudakan seks di Jakarta. Perempuan asal Indramayu, Jawa Barat, itu sudah tiga bulan dipaksa melayani syahwat seks para tamu hidung belang. "Saya enggak tahu bakal kerja begini. Saya tahunya di Jakarta (kerja) cuci piring, cuci baju," kata S di kantor Komnas Perlindungan Anak, Jumat, 13 Juni 2014.
Anak baru gede yang sudah tidak bersekolah ini dipaksa melayani 3-4 pria hidung belang dalam satu hari. "Ngelayanin tamu minum, terus diajak ke kamar," ujar S. (Baca: Polisi Bekuk Sindikat Penjualan ABG)
Sebelumnya, S mengatakan, dirinya dibawa oleh seorang wanita bernama Peppy dari rumah teman kakaknya sekitar April lalu. "Katanya mau diajak jalan-jalan ke Jakarta," kata S. Namun S mengaku tidak kenal dengan wanita yang membawanya tersebut. "Saya dipaksa."
Setibanya di Jakarta, Peppy membawa S ke sebuah hotel untuk melayani laki-laki hidung belang. "Di situ keperawanan saya direnggut," kata S. Setelah selesai melakukan pekerjaan haram tersebut, S mengakui mendapatkan uang Rp 3 juta.
Peppy latas menyerahkan S kepada Abun di Hotel Travel daerah Mangga Besar. Selama 2-3 bulan bersama Abun, S harus melayani tamu. "Saya cuma dikasih tip Rp 100-200 ribu," ujarnya.
Baca Juga:
Setelah 2-3 bulan bersama Abun, S dijual kepada Toto di salah satu bar di Jakarta Pusat. Hampir selama satu minggu S kembali melakukan pekerjaan yang sama. Perempuan dari anak seorang petani ini disekap, tidak boleh ke luar rumah. "Saya sudah enggak kuat. Saya disiksa," katanya.
Tak tahan, pada 6 Juni lalu S melarikan diri. Saat itu ia bertemu dengan seorang wartawan yang membawanya keluar dari tempat laknat tersebut. "Saya minta tolong untuk keluar," kata S.
S kemudian tinggal di tempat wartawan yang merupakan anggota LSM Li-Tipikor itu. Ia membawa S ke Komnas Anak untuk upaya perlindungan dan proses hukum lebih lanjut. "Saya trauma, saya mau pulang," ujar S. (Baca: Komnas Anak: Kekerasan Seksual terhadap Anak Meningkat)
UMAIR SHIDDIQ YAHSY