TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Nandar Sunandar mengatakan Jakarta masih kekurangan lahan pemakaman. Saat ini luas lahan pemakaman di DKI hanya 596,68 hektare. Dari jumlah itu, sebanyak 201,16 hektare masih berupa rawa. "Itu ada di Tegal Alur, Jakarta Barat," kata Nandar, Rabu, 1 Oktober 2014.
Untuk memenuhi kebutuhan lahan, Dinas Pemakaman berencana menguruk rawa menggunakan material galian dari proyek Mass Rapid Transit. "Kalau masih berbentuk rawa, tidak bisa digunakan untuk makam," katanya.
Nandar mengklaim telah mendapatkan persetujuan dari PT MRT ihwal penggunaan material galian itu. Namun ia tak ingat berapa luas lahan yang perlu diuruk tersebut. "Luasnya saya lupa, tapi yang diuruk lahan pemakaman Islam dan Kristen," ujarnya.
Selain menguruk rawa, Dinas Pemakaman juga menerapkan sistem pemakaman tumpang tindih. Jenazah baru akan dimasukkan ke makam yang sudah ada sebelumnya. Namun sistem ini hanya bisa dilakukan untuk keluarga atau jenazah yang memiliki hubungan darah dengan orang yang terlebih dulu dikubur. Ia mencontohkan Hetty Evelyn Ngantung Mamesah yang dimakamkan satu liang bersama suaminya, Henk Ngantung, mantan Gubernur DKI.
Ia menilai penambahan jumlah luas makam mutlak harus dikerjakan. Sebab, ketersediaan lahan pemakaman tidak seimbang dengan jumlah rata-rata per hari orang meninggal. Setiap harinya ada 80-100 orang meninggal. Satu orang yang meninggal membutuhkan lahan pemakaman 1,5 x 2,5 meter. Berarti, jumlah lahan untuk satu orang sekitar 5,5 meter.
ERWAN HERMAWAN
Berita lain:
PAN: Jika Terbitkan Perpu, SBY Keblinger
Begini Kemesraan Dua Terdakwa Pembunuh Ade Sara
Wanita Ini Kalahkan Perolehan Suara Puan dan Ibas
SBY Jawab Kemarahan Netizen di @SBYudhoyono
Megawati ke Gus Dur: Sampeyan Enak, Saya Pusing