TEMPO.CO, Jakarta - Bekerja di lingkungan maskulin seperti jadi pekerja rope access tak serta merta membuat Meri Susilawati berkarakter seperti lelaki. Bahkan dirinya masih tetap merawat rambutnya tetap panjang untuk membedakan dirinya dengan lawan jenis.
"Rambut potongan panjang saja pernah dipanggil Mas," kata Meri saat ditemui Tempo di kantornya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis 14 Mei 2015. (Baca:Meri, Gadis Penakluk Pencakar Langit Pertama di Asia Tenggara)
Meski sehari-hari Meri bekerja bergelantungan di gedung-gedung pencakar langit untuk membersihkan kaca jendela atau di rig-rig lepas pantai, dia masih menjaga hobi dan kegemarannya sejak kecil yakni membuat rancangan pakaian dan menjahit. "nenek saya selalu bilang apapun pekerjaan saya, apapun pilihan yang saya jalani, kemampuan memasak, menjahit mutlak dimiliki perempuan," kata Meri. "Apalagi saya orang Minang," ujar dia lagi.
Bekal keterampilan semacam itu diyakini sang nenek bisa menjadi modal perempuan untuk bertahan hidup dan juga modal untuk berumah tangga. "Nenek saya selalu bilang, kalau sewaktu-waktu suami melarang saya bekerja di luar, maka ada hal yang bisa saya lakukan dari dalam rumah untuk bisa menghasilkan uang," kata dia.(Baca:Meri Tinggalkan Cita-cita Desainer Demi Bergelantungan di Gedung)
Meri tak melihat bekal yang diberikan neneknya sejak kecil mengkerangkeng dirinya dalam stigma perempuan dan laki-laki. Justru menurut dia itu jadi kelebihan lain bagi perempuan yang bisa bekerja di lingkungan laki-laki, tapi juga punya kemampuan lain yang jarang lelaki lakukan.
Meri masih menghormati batas bagaimana laki-laki dan perempuan bisa bekerja di lingkungan dengan porsi yang sama. Bagaimana pun tetap ada beda dari keduanya dan Meri memahami itu sebagai konsep saling melengkapi, kata sulung dari dua bersaudara tersebut. Meski dirinya bekerja, Meri mengatakan suatu saat nanti jika dirinya menikah ia akan menerima apa pun yang diupayakan sang suami untuk menafkahi keluarga.
"Saya mau makan dari penghasilan suami saya berapa pun dan apapun yang dihasilkan," kata dia. "Semua yang dilakukan suami kelak tentu wujud tanggung jawabnya dan saya tidak mau menghalangi dia untuk melakukan hal itu (menafkahi keluarga)," kata Meri lagi. (Baca: Bergelantungan di Gedung, Meri Bikin Deg-degan Adik dan Pacar)
Meri mengatakan karir yang dijalaninya saat ini tentu akan ada puncaknya. Meri ingin suatu saat nanti dia bisa mendedikasikan diri sebagai pengajar di bidang yang sudah digelutinya selama delapan tahun terakhir.
"Kalau nanti saya menikah, berkeluarga, semakin tua, tentu tidak mungkin terus bergelantung dengan tali, meski tidak ada batasan usianya," kata dia sambil tertawa. Menjadi prototype bagi rope access perempuan lain di Indonesia dan Asia adalah gol besarnya, menjadi pengajar dan instruktur di bidang yang sama menjadi impiannya saat sudah lelah untuk melakukan aktivitas fisik itu pada satu waktu.
AISHA SHAIDRA