TEMPO.CO, Bogor - Belasan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) terjangkit virus hepatitis A. Sebagian besar dari mereka mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Karya Bhakti Pertiwi Dramaga dengan biaya pribadi.
"Biaya perawatan pakai uang sendiri," kata Akbar Tanjung, 19 tahun, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB, Kamis, 10 Desember 2015. Menurut Akbar, hingga hari ini, biaya perawatan yang dia tanggung sebesar Rp 3 juta.
Padahal sebelumnya Kepala Kantor Hukum, Promosi, dan Hubungan Masyarakat IPB Prof Ir Yatri Indah Kusumastuti mengatakan biaya perawatan mahasiswa yang terserang hepatitis A akan ditanggung kampus. "IPB akan menanggung biaya pengobatan sesuai dengan Program Penyangga Kesehatan Mahasiswa," ucapnya.
Akbar masuk rumah sakit sejak 6 Desember 2015. Gejala awal yang dia rasakan adalah demam tinggi disertai muntah-muntah. "Saya kira penyakit biasa karena kecapaian," ujar mahasiswa asal Makassar tersebut. "Saat diperiksa, dokter mendiagnosis saya menderita hepatitis."
Akbar menjelaskan, berdasarkan penjelasan dokter, hepatitis yang menyerangnya dan teman-temannya bisa berasal dari makanan. Tidak tertutup kemungkinan mereka terjangkit karena peralatan makan yang tidak higienis. "Ada 17 mahasiswa IPB yang menjalani perawatan di rumah sakit ini," tuturnya.
Ketua Komite Medik RS Karya Bhakti Pertiwi dr Arvan Artovan mengatakan para mahasiswa tersebut terjangkit virus. "Pemicunya bisa karena pola hidup, kebersihan lingkungan, dan daya tahan tubuh si pasien," ucapnya.
Arvan menolak memberikan data pasien yang terserang hepatitis A di rumah sakit tersebut. Alasannya, itu sudah menjadi aturan baku. Namun dia membenarkan bahwa sebagian besar pasien penderita hepatitis A itu adalah mahasiswa IPB. "Jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, ada peningkatan jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit karena menderita hepatitis," ujarnya.
Agar penyebaran penyakit itu tidak meluas, menurut Arvan, pihak rumah sakit berkoordinasi dengan IPB untuk melakukan langkah antisipasi.
M. SIDIK PERMANA