Dokter Sahudi Salim namanya. Ia meneliti terapi listrik Warsito untuk disertasi berjudul “Mekanisme Kematian Sel Akibat Pajanan Medan Listrik Energi Lemah dengan Frekuensi Menengah”.
Sahudi meneliti efek pajanan medan listrik voltase rendah dari alat Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) yang dipakai Warsito terhadap kematian tiga macam kultur sel kanker. “Kerja alat ini masuk akal dan aman, karena berkaitan dengan sifat kelistrikan di dalam sel,” kata dia.
Menurut Sahudi, ECCT memanfaatkan saat-saat sel kanker sedang membelah, yang kondisinya sangat rentan dan gampang dimatikan. Listrik itu menggagalkan sel-sel kanker membuat mikrotubulus yang berperan penting bagi perkembangan sel.
Dalam penelitian secara in vitro itu, Sahudi memakai sel hela, sel kanker rongga mulut, dan sel mesenkim sumsum tulang. Ketiga sel dibagi menjadi dua kelompok dengan masing-masing delapan replikasi, yaitu kelompok perlakuan yang dipajan dengan ECCT selama 24 jam dan kelompok kontrol.
Setelah 24 jam, jumlah sel hidup dan sel mati dihitung dengan menggunakan pewarnaan Tryphan Blue, serta diperiksa ekspresi protein Tubulin A, Cyclin B, p53, dan Ki-67. Ternyata sel kanker mati secara signifikan, sedangkan nonkanker, seperti sel-sel kontrol lainnya yang dibutuhkan tubuh, masih hidup. Bahkan, protein sel Ki-67 yang diidentikkan dengan sel kanker berhenti dalam kondisi mitosis.
Selanjutnya: ECCT tak menjamin...