TEMPO.CO, Jakarta - Wahyu kini berjualan di lantai dasar rumah susun sederhana sewa Marunda Blok A11, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Sebelum kawasan Kalijodo digusur, ia berdagang di rumahnya di Jalan Kepanduan II, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
"Di sini sepi," kata perempuan 50 tahun ini saat ditemui di lapaknya, rusun Marunda, Kamis, 17 Maret 2016. Saat berjualan di Kalijodo, kata dia, dalam sehari paling sedikit laku Rp 1 juta. Sedangkan di rusun, rata-rata Rp 300-400 ribu per hari.
Selama pindah ke rusun akhir Februari lalu, Wahyu membeli sembako dan barang dagangan di kompleks C Marunda. Ia menggendong belanjaannya dengan kain sarung. "Kalau dulu saya didatangi agen," ujarnya.
Barang dagangannya juga tak sekomplet dulu. Misalnya, ia tak lagi menjual beras, gas, dan air galon. Wahyu tinggal bersama suami dan anaknya di rusun. Meski mengaku sengsara pindah ke rusun. Ia tak punya pilihan lain. "Betah enggak betah tinggal di sini, mau gimana lagi."
Menurut Wahyu, ada tetangganya yang meninggalkan rusun. "Dia pulang ke Semarang, katanya mau berdagang di sana," kata Wahyu. Temannya itu pergi setelah melihat kondisi rusun yang jauh dari pasar dan tempat strategis.
Suharto, 50 tahun, juga tetap berjualan di rusun, seperti ketika ia tinggal di Kalijodo. Penghasilannya juga menurun dari Rp 500 ribu per hari menjadi Rp 100 ribu per hari. "Terpaksa begini," katanya.
Sebanyak dua belas warga eks Kalijodo, termasuk Wahyu dan Suharto, membuka lapak di lantai dasar rusun mereka. Lilis, Ketua RT A11 Rusun Marunda, mengatakan saat ini warga yang ingin berdagang didata oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, dan Perdaganga,n Jakarta Utara. "Mudah-mudahan nanti kami diberi modal," kata Lilis.
Kawasan hiburan Kalijodo dibongkar Senin, 29 Februari lalu. Para penghuni yang menempati lahan terbuka hijau itu dipindahkan ke rusun Marunda dan rusun Pulogebang. Sebagian memilih pulang kampung.
REZKI ALVIONITASARI