TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku heran masih ada nelayan yang bertahan untuk tinggal di perahu. Padahal, kata Ahok, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah menyediakan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Kapuk Muara.
"Sekarang saya tanya, 'manusia perahu' itu kan nelayan. Kamu tahu, enggak, di Kapuk Muara itu dibangun rusun untuk nelayan, agar nelayan bisa taruh kapal," ucap Ahok di Lapangan IRTI, Monas, Senin, 25 April 2016.
Selain itu, Pemprov sudah menyiapkan kanal di Muara Angke untuk nelayan. Namun tidak banyak yang mau pindah ke sana, sehingga rumah susun tersebut rentan dijual pihak yang tidak bertanggung jawab. "Sekarang saya tanya sama kamu, kalau bukan karena Buddha Tzu Chi yang begitu ketat, itu (rusun) sudah dijual semua enggak rusunnya? (Pasti) dijual," ujar Ahok.
Rumah susun untuk nelayan juga dibangun di Muara Baru. Sayangnya, tutur Ahok, banyak hunian yang hampir dijual karena tidak ada nelayan yang bersedia pindah ke sana. "Jadi nelayan pun ada oknumnya," katanya.
Ahok berujar, seharusnya nelayan bersedia dipindahkan daripada tetap tinggal di perahu. Alasannya, rusun yang disediakan di Kapuk Muara memudahkan nelayan menyimpan perahunya. Nelayan juga dapat menyimpan perahu di dekat rusun yang ada di Marunda, Cilincing, Cakung Drain, dan Kanal Banjir Timur.
Selain itu, penghuni rusun disediakan beberapa fasilitas, di antaranya Kartu Jakarta Pintar (KJP), bus sekolah gratis, modal, dan pelatihan. Sedangkan di Pulau Seribu sudah ada tambak ikan kerapu. Menurut Ahok, tambak itu setidaknya sudah menghasilkan 150 ton ikan.
"Kami sekarang lagi mau bangun rusun di sana, di Pulau Seribu, supaya kamu juga bisa punya tambak diawasin. Jadi kamu ini nelayan maunya apa?" ucap Ahok.
Lalu, jika nelayan ingin mendampingi wisatawan, Pemprov sedang merapikan pelabuhan di Sunda Kelapa. Ahok meminta PT Pelindo tidak menyingkirkan kapal pinisi untuk mendukung wisata bahari. Kalau sudah rapi, menurut Ahok, pedagang kaki lima bisa menjual kenang-kenangan khas wisata bahari.
"Kamu boleh pilih di Pulogebang, di Daan Mogot. Anak-istri kamu kan enggak perlu menderita, kan? Kenapa mesti bikin film-film begitu?" tutur Ahok.
Ahok meminta fenomena manusia perahu itu tidak dipolitisasi dan didramatisasi. Menurut Ahok, bukan Pemprov DKI yang kejam, melainkan nelayan itu sendiri yang kejam kepada anak-istrinya. "Menyandera anak-istrinya supaya menderita, supaya mendapat empati," katanya.
LARISSA HUDA