TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menduga pasang air laut yang mencapai puncak pada bulan purnama sebagai penyebab tanggul di Perumahan Pantai Mutiara ambrol. "Perkiraannya, pasang air laut akan terjadi selama sepekan," kata Ketua Pelaksana BPBD DKI Jakarta Denny Wahyu di lokasi kejadian pada Sabtu, 4 Juni 2016.
Denny mengatakan pasang-surut air laut terjadi setiap hari, dari siang hingga malam. Namun, akhir-akhir ini, pasang air laut lebih tinggi dibanding sebelumnya. Puncaknya, pada Jumat malam, 3 Juni, ketinggian air laut mencapai 245 sentimeter dari titik pantau Pasar Ikan Muara Angke. (Baca: Tanggul Jebol, Tim SAR: Warga Pantai Mutiara Sempat Panik)
Bahkan air laut yang masuk ke kawasan Perumahan Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta Utara, semalam mencapai 100-190 sentimeter. Kejadian ini membuat ratusan rumah di empat besar blok, dari R, S, T, hingga Blok U, terendam air. Puluhan mobil ikut terendam di dalam rumah.
Denny menjelaskan saat ini adalah musim pasang bulan purnama. Musim ini terjadi setiap tanggal 1-15. Selama sepekan, air laut akan naik cukup signifikan. Namun air akan surut saat pagi.
Sampai berita ini ditulis, ketinggian air laut mulai merangkak naik menjadi 145 sentimeter dari titik pantau Pasar Ikan Muara Angke. Saat ini satu unit backhoe dan sepuluh unit truk memuat tanah dikerahkan untuk berburu dengan waktu. Bendungan semipermanen harus jadi sebelum air laut menggenangi kawasan itu lagi.
Manajemen Perumahan Pantai Mutiara juga telah mengerahkan sedikitnya lima unit truk tronton. Truk itu memuat tanah yang digunakan untuk memperkuat bendungan. Namun, sebelum dikeruk, tanggul dilapisi terpal. Fungsinya agar air laut tidak merembes masuk kawasan perumahan.
Sekarang proses penguatan bendungan masih terus berjalan. Manajemen dibantu BPBD DKI Jakarta, TNI, polisi, Dinas Tata Air, relawan, hingga Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta ikut membantu proses penguatan bendungan. Apalagi saat ini air laut mulai naik.
AVIT HIDAYAT