TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Pembinaan, Pengembangan dan Pemantauan Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta, Afan Adriansyah Idris mengatakan bahwa Land Subsidence atau penurunan air tanah sudah sampai di tengah kota.
"Di Sarinah Thamrin itu jumlah anak tangganya berkurang karena Land Subsidence," kata dia. Tidak cuma di tengah kota, tapi di pesisir pun terjadi demikian. Waduk Pluit yang bisa ditempuh dari dua akses, salah satunya dari jalan muara baru, jika kita menengok ke sebelah kanan dari rumah waduk pluit, ada rumah yang atapnya hampir mengenai air. "Itulah akibat Land Subsidence," kata Afan.
Baca : Ahok Gagas Tempat Tinggal Bagi PNS di Tengah Kota Jakarta
Afan mengatakan penurunan air tanah yang cukup parah terjadi di sisi barat, Pluit sampai Kamal Muara. "Ada banyak ekstraksi air tanah," ujarnya. penurunan air tanah jika tidak dicegah akan berakibat cukup ekstrim.
Selain itu, tambah Afan, cukup banyak kekuatiran warga Jakarta Utara, contohnya terkait banjir rob atau banjir karena naiknya permukaan air laut. "Kalau banjir di musim penghujan mereka dapat Early Warning System atau sistem peringatan dini. Kalau banjir rob tidak bisa diprediksi." kata Afan.
Simak pula : Bersih-bersih dari Korupsi, Ini Sejumlah Langkah Mabes TNI
Afan mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama dengan masyarakat harus bekerjasama dalam meningkatkan distribusi jaringan air bersih yang ada di Jakarta Utara. "Banyak yang sudah memasang pompa PAM, tapi masih juga menggunakan air tanah karena lebih murah," kata Afan.
Yang jadi masalah, untuk pulau reklamasi, warganya harus menyediakan air bersih secara mandiri dan untuk pembuangan sampah tidak boleh dibawa ke Bantar Gebang, tambah Afan.
"Pemerintah Provinsi sendiri sekarang sedang mempelajari visi dan misi gubernur dan wakil gubernur terpilih, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, yang notabene anti reklamasi teluk Jakarta.
BAYU PUTRA