TEMPO.CO, Bekasi - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 233 ribu keluarga di Kota Bekasi tinggal di rumah kontrakan. Angka ini terhitung tinggi karena banyak keluarga yang tidak mampu membeli rumah lantaran harganya tidak terjangkau. Selain itu, tidak sedikit yang memilih tinggal di rumah kontrakan agar dekat dengan tempat kerja.
Kepala BPS Kota Bekasi Slamet Waluyo mengatakan total jumlah keluarga di Kota Bekasi saat ini mencapai 599.070. Sebanyak 366.070 di antaranya tinggal di rumah sendiri. "Sisanya tinggal di rumah kontrakan," kata Slamet, Ahad, 11 Juni 2017.
Slamet mengatakan jumlah keluarga yang tinggal di rumah kontrakan bisa terus naik karena munculnya keluarga baru, urbanisasi, dan lainnya. Rumah kontrakan masih menjadi favorit keluarga baru sebagai tempat tinggal. "Kota Bekasi termasuk tinggi penyediaan rumah kontrakan," kata dia.
Meski banyak keluarga tinggal di rumah kontrakan, indeks pembangunan manusia (IPM) wilayah setempat cukup tinggi. Berdasarkan catatan, nilai IPM tahun lalu mencapai 79,85, atau nomor dua di Jawa Barat, di bawah Kota Bandung. "Di bawah 60 masuk kategori rendah, 60-70 itu sedang, 70-80 sangat tinggi," kata dia.
Adapun penghitungan IPM berdasarkan tiga indikator, yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Kesehatan diukur melalui angka harapan hidup, pendidikan diukur harapan lama sekolah, sedangkan ekonomi dilihat dari daya beli masyarakat.
Baca Juga:
Kepala Dinas Sosial Kota Bekasi Junaedi mengatakan, meski banyak keluarga tinggal di rumah kontrakan tak semua tergolong miskin, "Ada juga orang mampu, yang terbentur dengan pekerjaan," kata dia.
Namun, kata dia, mayoritas keluarga yang tinggal di rumah kontrakan merupakan penduduk pendatang. Mereka memilih tinggal di rumah kontrakan karena tak memiliki tanah untuk dibangun rumah. Sedangkan untuk membeli rumah harganya terlalu mahal. "Rumah kontrakan seharga Rp 500 ribu per bulan menjadi alternatif," katanya.
ADI WARSONO