TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017 sudah dimulai. Bermula dari pendaftaran calon yang ditutup kemarin, 23 September 2016, tahapan pemilihan dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan para pasangan calon pada hari ini.
Perhelatan politik lima tahunan ini pun mengandung sejumlah kejutan. Menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari, ada sejumlah kejutan di awal prosesnya.
Kejutan yang pertama, Qodari menerangkan, nama-nama tokoh yang beredar di publik, termasuk sejumlah survei elektabilitas, justru gagal menjadi calon yang diusung partai politik. “Lebih baik mengajukan calon yang selama ini tidak ada daftar menu. Ada yang namanya wangsit,” kata Qodari dalam dialog Sindo Trijaya di Jakarta, hari ini, 24 September 2016.
Baca: Selain Selfie, Agus Yudhoyono dan Lawannya Saling Mendoakan
Sejumlah tokoh yang “terlempar” adalah Yusril Ihza Mahendra, Rizal Ramli, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, serta Sjafrie Sjamsoeddin. Yusril dan Rizal aktif berkampanye dengan isu masing-masing seperti antikoruspi dan reklamasi. Sedangkan Sjafrie, menjabat Pangdam Jaya ketika masa reformasi pada 1998, muncul sebentar tapi tak berlanjut gerakannya. Berbeda dengan Risma, yang sama sekali tak berkampanye tapi santer dukungannya.
Qodari lantas membandingkan dengan pilkada DKI 2007 dan 2012 yang para calon memang sudah muncul di publik dari awal, seperti Fauzi Bowo dan Joko Widodo, yang menduduki kursi Presiden RI pada Pemilu 2014.
Kejutan kedua, masih menurut Qodari, adalah pemilihan gubernur 2017 serasa pemilihan presiden. Dia beralasan, para tokoh pendiri partai di belakang para calon adalah rival dalam pemilihan presiden 2004-2014. “Pilkada menarik karena para suhu turun gunung,” katanya.
Simak: Ini Kelebihan Anies Baswedan yang Bikin Sandiaga Kepincut
Pilkada DKI Jakarta 2017 menghadirkan tiga pasangan calon, yakni inkumben Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.
Ahok-Djarot diusung koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura, dan Partai NasDem. Anies-Sandiaga ditopang Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Sedangkan Agus-Sylviana didukung Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Amanat Nasional.
Aktor-aktor utama politik yang dimaksud Qodari adalah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, serta Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Mereka bersaing dalam pemilihan presiden 2004-2014. Terakhir, Prabowo kalah dari Jokowi pada 2014.
Baca: Sindir Haji Lulung, Ahok Sebut Dirinya Bukan Psikopat
Masih ada kejutan ketiga, yaitu munculnya Agus, putra sulung presiden keenam Yudhoyono. Perwira berpangkat mayor infanteri kelahiran 1978 itu belum genap berusia 40 tahun ketika memutuskan keluar dari dinas militer untuk menapaki karier politik sipil.
Publik bahkan tak pernah mengira Agus akan hengkang dari militer saat ini. “Kami dari partai-partai juga terkejut waktu pertama SBY menyebutkan nama Agus,” kata Wakil Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa kepada Tempo, Jumat, 23 September.
DANANG FIRMANTO | JOBPIE S.
Baca juga:
Anies Bisa Kalahkan Ahok? Inilah 5 Hal Mengejutkan di Pilkada DKI
Aryani Mau Buka-bukaan Mister X, Reaksi Mario Teguh Ditunggu