TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Jenderal Tito Karnavian memastikan bahwa pelaku teror bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur berafilisasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kelompok ini ada di bawah jaringan Bahrun Naim yang tengah berada di Raqa, sebuah kota di Suriah. "Ini kelompok lama, dari sel Bandung Raya, Jamaah Anshorut Daulah (JAD)," kata Tito saat memberi keterangan di Kampung Melayu pada Jumat, 26 Mei 2017.
Tito mengatakan bahwa pelaku pernah merencanakan sejumlah aksi teror di beberapa tempat. Namun berulang kali digagalkan polisi. Teroris JAD pernah digerebek Detasemen Khusus Antiteror 88 Mabes Polri di Waduk Jatiluhur. Saat itu polisi mengetahui, bahwa mereka merencanakan aksi teror di pos polisi Simpang lima, Senen, Jakarta Pusat.
Baca: Bom Cicendo Bandung, Begini Jejak Jaringan Bahrun Naim
Teroris jaringan Bahrun Naim ini juga pernah merencanakan aksi serangan di Taman Pandawa, Bandung. Tapi kala itu, kata Tito, bom meledak terlebih dulu. Dia menceritakan, teroris sempat melarikan diri masuk ke kantor keluarahan. Kepolisian kemudian melakukan pengepungan.
Saat ini Tito mengaku sedang mengejar sejumlah nama yang diduga sebagai jaringan teroris Kampung Melayu. Dia sempat menyebut nama Ahmad Kurniani dan nama Ahmad Muhazan. Kata dia, dua nama itu telah masuk radar pencarian Densus 88 Antiteror. "Saat ini sedang dilakukan pengejaran," ucap Tito.
Polisi menegaskan bahwa saat ini pihaknya lebih kuat dibanding para teroris. Tito mengaku telah mengantongi sejumlah identitas. Dia yakin akan menangkap teroris itu. Karena itu, ia meminta masyarakat lebih tenang dan tak panik atas aksi teror yang terjadi di Kampung Melayu beberapa hari lalu.
"Ini kelompok kecil, tak perlu khawatir karena kami akan kejar habis kelompok ini," kata Tito. Saat ini jajarannya sedang bertugas ke sejumlah wilayah dan memeriksa orang-orang yang dicurigai sebagai kelompok teroris. "Ini bukan kasus lokal, tapi sudah menjadi fenomena global akibat kelompok ISIS terus ditekan oleh Rusia dan Negara Barat."
Tito meyakini bahwa ISIS telah melakukan desentralisasi atau memecah konsentrasi dengan memerintahkan jaringannya di sejumlah negara untuk membuat aksi serangan. Hal ini dibuktikan dengan teror di Manchester, teror di Filipina, dan terakhir terjadi di Indonesia. ISIS dalam kesempatan berbeda pun telah mengakui pihaknya sebagai dalang teror bom bunuh diri di Kampung Melayu.
Baca: Bom Bandung, Pengamat: Pelakunya Sel Jaringan Bahrun Naim
Tito meyakini bahwa mereka menargetkan polisi sebagai korban teror. Hal ini karena mereka menganut paham, bahwa segala sesuatu yang bukan dari Tuhan itu haram. "Mereka juga menganut jika ada muslim yang tak sepaham dengannya dianggap kafir," ucap dia. "Kafir sendiri dibagi menjadi dua, ada kafir harbi atau orang yang memerangi mereka dan kafir zimmi atau orang tidak memerangi mereka."
Sebelumnya, Tito sidak ke lokasi tempat kejadian bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, sesaat setelah mendarat di Jakarta. "Saya baru mendarat dari luar negeri, kunjungan dari Iran," kata Tito saat menggelar konferensi pers di Terminal Kampung Melayu pada Jumat malam.
Tito mengatakan bahwa ia seharusnya melakukan lawatan di tiga negara. Karena mendapat undangan dari kepala kepolisian Iran, Turki, dan Saudi Arabia. Namun Tito batal menghadiri tiga undangan tersebut karena mendengar kabar meledaknya bom bunuh diri di Kampung Melayu.
AVIT HIDAYAT
Video Terkait: Polisi Geledah Rumah Terduga Pelaku Bom Kampung Melayu di Bandung