TEMPO.CO, Jakarta - Suhu ibukota yang menembus 30 derajat celsius tidak membuat Danuji, 48 tahun, lekas putus asa menanti penumpang yang tidak sanggup membawa barang bawaannya hingga ke atas kereta. Ketidakpastian tersebut ia lakoni sudah lebih dari sepuluh tahun selama menjadi porter atau tukang panggul barang di stasiun kereta api.
Menjelang libur Lebaran, Danuji bisa bernapas lega. Meski beban yang ia pikul semakin berat, peluang Danuji mendapatkan pelanggan lebih besar ketimbang hari biasa menyusul padatnya pemudik di stasiun. Dengan tubuh yang tak seberapa tinggi dan gempal, Danuji bisa memikul barang hingga seberat 50 kilogram.
"Hari ini saya sudah angkut empat kali. Kalau hari biasa paling cuma dua kali," ujar Danuji saat dijumpai di Stasiun Pasar Senen, Rabu, 21 Juni 2017.
Tak banyak uang yang bisa Danuji bawa pulang. Setiap barang yang ia panggul biasanya dibiayai Rp 30 ribu, baik barang bawaan ringan atau berat. Dari 180 porter yang berkeliaran di Stasiun Pasar Senen, ia hanya boleh mengambil satu shift giliran angkut barang, pagi atau malam. Jadi, 90 orang bertugas pukul 07.00-19.00 WIB, sisanya pada pukul 19.00-07.00 WIB.
Padatnya pemudik tentunya membawa kesedihan bagi Danuji. Meski Lebaran ia berpeluang mendapatkan uang lebih banyak, Danuji tidak bisa berkumpul di rumah orangtuanya di Brebes, Jawa Tengah. "Saya baru bisa pulang kampung habis lebaran," ujar Danuji.
Tak hanya soal pekerjaan, Danuji kerap kehabisan tiket kereta untuk pulang kampung. Ia juga keberatan jika harus ke Terminal Pulogebang, Jakarta Timur, hanya untuk naik bus menuju Brebes. "Itu pun enggak tahu deh entar dapat tiket (bus) atau enggak. Kalau enggak ya enggak pulang kampung," ujar Danuji seraya meringis.
Begitu pun Mansyur, 36 tahun. Pria asal Kebumen, Jawa Tengah itu rela tak pulang kampung demi rezeki yang lebih banyak. Pendapatan saat Lebaran lebih banyak ia terima ketimbang hari biasa. Sebelum menjadi seorang porter, Mansyur melakoni pekerjaan sebagai penjual asongan. Pekerjaan itu tak lama kemudian dilarang oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Saya enggak pulang kampung. Ini kesempatan dapat pelanggan ramai. Rejeki lagi banyak. Saya juga tunggu jalanan sepi dan angkutan murah," ujar Mansyur.
Dengan bekerja pada hari Lebaran, Mansyur berharap bisa membahagiakan istri dan dua anaknya. Keluarga kecil Mansyur tinggal di sebuah rumah yang berada di Cawang, Jakarta Timur. "Kami terima saja. Namanya rezeki, mau bagaimana," kata Mansyur.
LARISSA HUDA