TEMPO Interaktif, Jakarta: PT Jakarta Monorel hingga saat ini masih mengkaji data dan informasi tentang teknologi monorail dari hasil studi banding ke Korea dan Cina."Tim teknis akan mempelajari kajian dan perbandingan mengenai teknologi, harga dan bantuan finansial yang diajukan. Kami memang mengharapkan ada semacam supliaer-credit dengan bunga murah yang ikut ditawarkan proposal itu," kata Sukmawaty Syukur, Direktur Operasional PT Jakarta Monorel. Ia menambahkan akan membandingkan dengan tawaran Jepang dan Kanada serta usulan dari konsorsium dalam negeri yang dimotori PT Bukaka Goup. Selama studi banding ini pihaknya mengunjungi Rotem, perusahaan milik Hyundai Group, yang telah mengembangkan teknologi kereta ringan untuk transportasi kota dengan sistem magnetik (Magnetically Levitated Vehicle). Sedangkan di Cina, pihaknya mengunjungi CITIC (China International Trust Investment Company) dan anak perusahaannya, yaitu Changcun Railway Vehicles ( CRC Co. Ltd), yang menjadi produsen monorel di Cina."Seluruh penawaran suplier yang masuk mempuyai keunggulan masing-masing dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Bapak Gubernur dalam Rapat Teknis, Senin (25/4), menyerahkan pilihannya ke PT Jakarta Monorel, ujar Sukmawaty lagi. Menurutnya, proyek monorel ini merupakan kerja sama PT Jakarta Monorel dengan Pemerintah DKI dengan sistem BOT (Built Operating Transfer) selama 30 tahun dengan opsi perpanjangan 10 tahun. Penyerahan monorel dan infrastrukturnya setelah masa penyelenggaraan berakhir.Usulan sementara proyek monorail ini akan menghabiskan akan menelan dana sebesar USD 670 juta, terdiri dari modal dari pihak PT Jakarta Monorel sebesar USD 200 juta dan sisanya berupa pinjaman lunak (soft loan) sebesar USD 270 juta serta pinjaman biasa berupa rupiah yang setara dengan USD 200 juta. Deni Mukbar-Tempo