Polisi Sita Buku Tan Malaka Dari Anarko Sindikalis
Reporter
M Yusuf Manurung
Editor
Aditya Budiman
Senin, 13 April 2020 11:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian menyita sejumlah buku sebagai barang bukti dalam kasus vandalisme yang diduga melibatkan lima anggota Anarko Sindikalis di Tangerang. Dalam foto konferensi pers yang diunggah akun Instagram @humas.pmj, buku-buku tersebut ditunjukkan ke publik.
Di salah satu foto yang diunggah, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana memegang buku berjudul Indonesia dalam Krisis 1997-2002 dan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus memegang buku 'Pencerahan tanpa Kegerahan'.
Kapolres Metro Tangerang Kota Komisaris Besar Sugeng Hariyanto menyatakan polisi belum mendalami asal usul buku tersebut. Namun, dia berpendapat buku-buku itu mempengaruhi para pelaku. "Bacaan-bacaan itu menurut saya juga mempengaruhi pola pikir dan sudut pandang mereka," ujar Sugeng kepada Tempo pada Ahad petang, 12 April 2020.
Dari sejumlah foto konferensi pers dan rilis tertulis yang dikeluarkan oleh Polda Metro Jaya, berikut daftar buku yang disita dari anggota Anarko Sindikalis.
Aksi Massa oleh Tan Malaka
Buku Aksi Massa ditulis Tan Malaka di Singapura pada 1926. Dalam bukunya, pahlawan nasional dengan nama lengkap Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka itu menjelaskan tentang ikhtisar riwayat Indonesia, macam-macam imperialisme, kapitalisme Indonesia, keadaan rakyat Indonesia, keadaan sosial, keadaan politik, revolusi di Indonesia, perkakas revolusi, hingga sekilas tentang gerakan kemerdekaan di Indonesia.
Di pengantar penulis, Tan Malaka menuturkan bahwa bangsa-bangsa Asia akan memperoleh kemerdekaan dari tangan imperialisme Barat. Termasuk di antaranya adalah kemerdekaan bagi Indonesia. Tan Malaka juga menjabarkan cara untuk memperoleh kemerdekaan itu. Dia tidak menyarankan merebut kemenangan lewat jalan parlementer, melainkan revolusi.
"Bila suatu hari Indonesia terlepas dan mempertahankan kemerdekaannya dari musuh-musuh dalam dan luar negeri, tentulah hal tersebut ditentukan oleh kodrat revolusioner, yakni yang disebabkan oleh aksi massa: dari massa dan untuk massa," tulis Tan Malaka.
<!--more-->
Corat-coret di Toilet oleh Eka Kurniawan
Corat-coret di Toilet merupakan buku kumpulan cerita pendek karya penulis yang pernah menolak Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Eka Kurniawan. Dia menolaknya karena menilai pemerintah tak sungguh-sungguh memberi apresiasi kepada para pekerja sastra dan seni serta pegiat kebudayaan.
Buku Eka Kurniawan tersebut diterbitkan pertama kali oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2014. Selain cerita berjudul Corat-coret di Toilet, buku tersebut berisi 11 judul cerita lainnya. Di antaranya adalah Peter Pan, Teman Kencan, Hikayat si Orang Gila, si Cantik yang tak Boleh Keluar Malam dan Kandang Babi.
Corat-coret di Toilet sendiri menceritakan tentang sejumlah orang dari karakter berbeda yang menuliskan gagasan, pendapat hingga hal konyol di dinding toilet sebuah kampus. Tulisan di toilet antara lain berisi ajakan revolusi sampai ajakan kencan.
Indonesia dalam Krisis 1997-2002 oleh Tim Litbang Kompas
Buku tersebut diterbitkan Kompas pada 2002. Buku disusun oleh Tim Litbang Kompas dan Salomo Simanungkalit sebagai editornya. Pada cover belakang, Kepala Litbang Kompas kala itu, Daniel Dhakiedae menuliskan ringkasan buku. Dia mengatakan bahwa secara teatral masa krisis itu terjadi bukan ketika Soeharto dijatuhkan atau menjatuhkan dirinya pada tanggal 21 Mei 1998, akan tetapi ketika kekuasaan mulai mengalami perdarahan, political hemorrhage, ketika seluruh sistem kekerasan dibongkar di depan publik pada saat sistem penyiksaan yang dijalankan kekuatan militer Order Baru mulai dibuka di depan publik dengan kasus Pius Lustrilanang, yang membongkar baris demi baris penyiksaan yang menghubungkan oknum dengan institusi militer dua bulan sebelumnya.
Selain tiga judul di atas, buku lain yang disita polisi adalah Pencerahan Tanpa Kegerahan karya Aldentua Siringoringo; Ex Nihilo karya Dwi Ira Mayasari; Love, Stargirl karya Jerry Spinelli; Gali Lobang Gila Lobang oleh Remy Sylado; dan Goresan Cinta Sang Kupu-kupu oleh Fitri Carmelia Lutfiaty. Buku-buku tersebut tampak dalam foto konferensi pers Polda Metro Jaya.
Buku lain yang disita seperti tercantum dalam dokumen rilis Humas Polda Metro Jaya adalah Nasionalisme Islamisme dan Marxisme karya Ir. Soekarno dan Christ the Lord: Out of Egypt karya Anne Rice. Kedua buku itu disebut didapatkan dari salah satu tersangka berinisial AMM. Selain buku dan kertas, polisi juga menyita belati dan golok dari AMM.
Para anggota Anarko Sindikalis ini ditangkap karena melalukan aksi vandalisme pada Kamis, 9 April 2020 di Tangerang. Mereka membuat coretan di dinding pertokoan yang dinilai mengajak masyarakat melakukan kerusuhan.
Coretan itu antara lain "sudah krisis saatnya membakar", "kill the rich", "mau mati konyol atau melawan". Para pelaku dijerat dengan Pasal 14 dan Pasal 15 UURI No 1 tahun 1946 tentang menyiarkan berita bohong dan Pasal 160 KUHP tentang tindakan menghasut di muka umum dengan ancaman hukuman penjara 10 tahun.
M YUSUF MANURUNG