Evaluasi PSBB Bodebek, Kadinkes Jabar: Kasus Corona Masih Tinggi
Reporter
Ahmad Fikri (Kontributor)
Editor
Martha Warta Silaban
Selasa, 21 April 2020 18:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Berli Hamdani Gelung Sakti mengatakan, pemerintah Jawa Barat terus mengevaluasi pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB di wilayah Bodebek yang meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi.
“Untuk melakukan evaluasi itu, kami menggunakan daftar tilik. Dan daftar tilik yang kita buat itu secara teratur kita laksanakan di Bodebek, dan kemudian hasilnya kami bahas dalam tim,” kata dia, dalam konferensi pers yang ditayangkan streaming, Selasa, 21 April 2020.
Berli mengatakan, hasil evaluasi Tim Monitoring dan Evaluasi di Dinas Kesehatan Jawa Barat mendapati tren penyebaran kasus virus corona atau Covid-19 di Bodebek masih tinggi. “Kalau dilihat dari kasus, dilihat sekarang, kasusnya masih meningkat, atau pun masih trennya bertambah,” kata dia.
Menurutnya kenaikan kasus itu sudah ada dalam prediksi sejak perencanaan PSBB di Bodebek. “Ini sebenarnya sesuai dengan prediksi awal bahwa puncak yang akan terjadi, dengan upaya yang sudah dilakukan provinsi Jawa Barat ini diperkirakan mulai tanggal 22 (April) sampai dengan nanti, sekitar tanggal 25 Mei ini puncaknya,” kata dia.
Ia mengatakan data kasus positif Covid-19 di wilayah Bodebek saat ini belum mencapai titik puncak. “Kami masih harus terus berwaspada, dan ini tentunya membutuhkan kerja-sama dari semua lini, terutama dari masyarakat, untuk sekali lagi kita harus disiplin melakukan physical-distancing, social-distancing,” kata dia.
Menurut dia menjelang Ramadan ini warga diminta justru mengurangi aktivitas yang jika dilakukan saat normal, mengumpulkan banyak orang. “Tentunya ini harus kita kurangi, harus kita batasi, dan semuanya kita kembalikan beraktivitas di rumah saja,” kata dia.<!--more-->
Adapun pemerintah Jawa Barat saat ini baru menerima sebagian obat-obatan yang dibutuhkan dalam perawatan pengobatan pasien yang terpapar Covid-19. “Jadi yang sudah kita terima itu adalah Osetalmivir, kemudian juga ada multivitamin, juga ada Vitamin C dosis tinggi, dan satu lagi pil kina. Itu adalah yang diterima, dan dengan obat-obat itulah banyak dari penderita Covid-19 di Jawa Barat alhamdulillah sembuh,” kata dia.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Barat, Asisten Pemerintahan, Hukum dan Kesejahteraan Sosial, Daud Achmad mengatakan, data di Jawa Barat per hari ini, Selasa, 21 April 2020, sudah mencapai 747 orang yang terpapar Covid-19. “Ada peningkatan 3,53 persen dari kemarin. Yang meninggal ada 62 orang, dan yang sembuh Alhamdulillah, banyak, dari kemarin 45 orang, sekarang tercatat 56 orang,” kata dia, dalam konferensi pers yang ditayangkan streaming, Selasa, 21 April 2020.
Daud mengatakan, menjelang Ramadan ini Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akan menerbitkan Surat Edaran yang meminta kegiatan yang melarang aktivitas yang mengumpulkan banyak orang saat menjalankan ibadah puasa. “Terkait dengan fatwa yang dikeluarkan MUI bahwa kegiatan-kegiatan yang biasa kita lakukan di bulan puasa, salat tarawih di masjid, itifkaf, kemudian juga tadarus itu semuanya dilakukan di rumah,” kata dia.
Situs Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat atau Pikobar pada hari ini, Selasa, 21 April 2020, mencatat Kota Depok sebagai daerah di Jawa Barat yang mencatatkan kasus positif aktif tertinggi dengan 136 kasus positif aktif, 12 orang sembuh, dan 9 meninggal dunia. Posisi dua Kota Bandung dengan kasus positif aktif 118 orang, 11 orang sembuh, dan 21 orang meninggal dunia.
Selanjutnya berurutan adalah Kota Bogor (53 kasus positif aktif, 3 sembuh, dan 6 meninggal dunia), Kota Bekasi (49 positif aktif, 5 sembuh, dan 4 meninggal dunia), Kabupatn Bogor (47 positif aktif, 3 sembuh, dan 3 meninggal dunia), dan Kabupaten Bekasi (38 positif aktif, 12 sembuh, dan 7 meninggal dunia).