Epidemiolog Ingatkan Potensi Klaster Covid-19 di Sekolah

Reporter

Imam Hamdi

Senin, 1 Juni 2020 18:35 WIB

Para siswa mengenakan masker saat mengikuti kelas di sebuah sekolah di Vientiane, Laos, pada 19 Mei 2020. Kementerian Kesehatan Laos mengumumkan dua kasus terkonfirmasi COVID-19 pertamanya pada 24 Maret lalu. (Xinhua/Kaikeo Saiyasane)

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, mengatakan pemerintah harus lebih bijak dalam menerapkan konsep new normal atau kenormalan baru di dunia pendidikan, khususnya sekolah. "Normalitas baru di satuan pendidikan harus dijaga dengan baik agar tidak menjadi sumber klaster baru penularan Covid-19 di masyarakat," kata Syarif melalui pesan singkat, Senin, 1 Juni 2020.

Menurut dia, kompleksitas penerapan new normal di fasilitas pendidikan seperti sekolah dan pesantren bakal lebih sulit ketimbang di transportasi umum atau pusat perbelanjaan. Sebab, pembukaan tempat belajar akan meningkatkan jumlah kontak orang per satuan waktu, salah satu dari tiga faktor penting dalam upaya menurunkan angka reproduksi aktual virus.

Sehingga dua faktor lainnya, yakni kemungkinan tertular jika ada yang sakit dan lama waktu potensi penularan, harus dapat dikurangi dengan protokol kesehatan dan deteksi dini terhadap mereka yang sakit.

"Sudah jelas anak-anak tidak mempunyai kerentanan yang lebih rendah dibanding orang dewasa, walau gejala klinis yang muncul lebih ringan jika mereka terinfeksi," ucapnya.

Pemerintah, menurut dia, perlu menyusun kesiapsiagaan yang baik untuk menghadapi normal baru di dunia pendidikan. Mulai dari orang tua murid, pihak sekolah, fasilitas sarana prasarana hingga sistem pemantauan dan respons yang tepat sebelum membuka sekolah dan pesantren di tengah wabah ini.

Advertising
Advertising

Selain itu, lanjut Syahrizal, perlu ada jaminan kesiapsiagaan satuan pendidikan untuk melaksanakan protokol kesehatan mulai dari cek suhu tubuh, pencegahan infeksi, dan jaga jarak dalam ruang belajar. "Termasuk meniadakan ekstra kurikuler yang menyebabkan perkumpulan dan bersentuhan seperti kegiatan seni, olahraga, dan budaya di sekolah," ujarnya

Yang tidak kalah penting, tutur dia, adalah menjaga tidak terjadinya stigma terhadap murid, guru, staf admin yang kemungkinan tertular Covid-19. "Di samping itu dukungan psikososial bagi yang membutuhkan akibat ketakutan situasional," kata Syahrizal.

IMAM HAMDI

Berita terkait

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

18 jam lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

20 jam lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Ungkap Modus Staf Kelurahan Setubuhi Anak di Bawah Umur hingga Depresi

20 jam lalu

Kuasa Hukum Ungkap Modus Staf Kelurahan Setubuhi Anak di Bawah Umur hingga Depresi

Kasus persetubuhan anak yang diduga dilakukan oleh Holid, pengurus komite sekolah yang juga staf kelurahan, ini terjadi beberapa tahun silam.

Baca Selengkapnya

Kepala SMK Lingga Kencana Jelaskan Pemilihan Travel Will In Urus Rombongan Perpisahan yang Berbuntut Kecelakaan di Subang

22 jam lalu

Kepala SMK Lingga Kencana Jelaskan Pemilihan Travel Will In Urus Rombongan Perpisahan yang Berbuntut Kecelakaan di Subang

Kepala SMK Lingga Kencana Sarojih mengungkapkan kecelakaan bus rombungan perpisahan siswanya di Subang menggunakan travel yang sama seperti study tour ke Garut pada 2023.

Baca Selengkapnya

Kepala SMK Lingga Kencana Rinci Penggunaan Anggaran Perpisahan Rp800 Ribu

1 hari lalu

Kepala SMK Lingga Kencana Rinci Penggunaan Anggaran Perpisahan Rp800 Ribu

Kepala SMK Lingga Kencana membantah pihak sekolah mencari keuntungan dari kegiatan perpisahan siswa yang mengalami kecelakaan bus di Subang.

Baca Selengkapnya

Tragedi SMK Lingga Kencana, Pemkot Yogyakarta Ungkap Syarat Ketat Study Tour

2 hari lalu

Tragedi SMK Lingga Kencana, Pemkot Yogyakarta Ungkap Syarat Ketat Study Tour

Salah satu syarat study tour adalah pemilihan bus atau kendaraan, usianya tak boleh lebih dari enam tahun dan harus lolos uji KIR.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

2 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Sekolah di Texas Dilaporkan ke Kementerian Pendidikan karena Diduga Diskriminasi Gender

5 hari lalu

Sekolah di Texas Dilaporkan ke Kementerian Pendidikan karena Diduga Diskriminasi Gender

Kementerian Pendidikan Amerika Serikat melakukan sebuah investigasi hak-hak sipil ke sebuah sekolah di setalah Texas

Baca Selengkapnya

Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya, TPNPB-OPM: Merdeka Dulu Baru Sekolah

5 hari lalu

Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya, TPNPB-OPM: Merdeka Dulu Baru Sekolah

Menurut jubir TPNPB-OPM, banyak sekolah di pedalaman Papua dijadikan sebagai pos militer TNI-Polri.

Baca Selengkapnya

TPNPB OPM Ungkap Alasan Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya Saat Serang TNI-Polri

5 hari lalu

TPNPB OPM Ungkap Alasan Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya Saat Serang TNI-Polri

TPNPB-OPM menyampaikan alasan membakar gedung sekolah saat menyerang aparat militer di Distrik Homeyo, Kampung Pogapa, Intan Jaya, Papua Tengah.

Baca Selengkapnya