Cerita Ketua Tim Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Soal Rekan yang Mundur
Reporter
Ade Ridwan Yandwiputra (kontributor)
Editor
Martha Warta Silaban
Sabtu, 17 Oktober 2020 19:02 WIB
TEMPO.CO, Depok – Ketua Tim Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Kota Depok, Wahid Sidik mengaku belum mengetahui alasan para rekannya mengundurkan diri. Namun, dirinya sempat mendapatkan keluhan seputar honorarium yang diberikan.
“Kalau itu (alasan) sih kita kurang paham ya, kalau dulu sih karena masalah anggaran, karena dulu kan anggaran adanya di kecamatan dan habis, nah di pindahlah ke Damkar (Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok),” kata Wahid dikonfirmasi Tempo, Sabtu 17 Oktober 2020.
Baca Juga: Relawan Pengubur Jenazah Covid-19 di Kota Depok Banyak yang Mundur, Sebab...
Wahid menambahkan terkait jumlah anggaran yang ditetapkan senilai Rp 1,5 juta per tim pun tidak mendapatkan keluhan dari para relawan. “Ya karena sudah ditetapkan segitu, mau tidak mau kan kita sebagai relawan kita harus terima aja,” kata dia.
Soal dugaan jam kerja yang sibuk, Wahid pun membantah dugaan tersebut. Menurut dia, aturan para relawan harus siaga selama 24 jam di dalam prakteknya tidak dilakukan setiap hari. Terkadang, ada saja waktu dimana para relawan tersebut bersantai.
“Padat sih enggak, intinya pada saat tim dipanggil untuk pemulasaraan, itu kita selalu stand by,” kata dia.
Namun ia mengakui, tugas yang diemban oleh para relawan ini sangat beresiko, sehingga tak sedikit dari mereka ketakutan, bahkan untuk dilakukan tes swab saja beberapa menolaknya karena khawatir terhadap hasilnya. “Adalah dua atau tiga orang yang menolak untuk dilakukan swab,” kata Wahid.
Sebelumnya, Koordinator Relawan Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Denny Romulo mengungkapkan, saat ini relawan pemulasaraan jenazah khusus Covid-19 di Kota Depok mengalami penyusutan jumlah. Dari total keseluruhan 36 relawan, kini hanya tersisa 11 orang, dengan rincian tujuh perempuan dan empat pria.
“Banyak yang mengundurkan diri,” kata Denny kepada wartawan, Kamis 15 Oktober 2020.<!--more-->
Denny menduga, mundurnya para relawan pemulasaraan jenazah itu karena tingginya resiko keselamatan diri hingga padatnya aktivitas. “Kerjanya ini kan harus stand by 24 jam ya, juga harus mandiin jenazah, jadi (alasannya) ada yang kurang sehat, ada yang karena pekerjaannya responsif 24 jam,” kata Denny.
Ia mengatakan dengan menyusutnya jumlah relawan, maka hal ini jauh dari ideal. “Idealnya, satu kecamatan 5 orang lah. Tapi kan kita gabisa maksa orang, yang jelas kita masih buka (pendaftaran) untuk relawan pemulsaraan jenazah khusus Covid-19 ini,” kata dia.
Ia membantah tudingan alasan para relawan ini mundur karena tidak dibayar dalam melakukan tugasnya. Dalam setiap pengurusan jenazah, para relawan diberikan honor Rp 1,5 juta per tim yang berisi 5 orang.
“Ada mereka diberikan stimulan, setiap penanganan satu jenazah itu ada honor oleh kita dari APBD, per kejadian itu Rp 1,5 juta untuk 4 sampai 5 orang,” kata dia.
Namun ia mengakui, para relawan ini tidak ada jaminan perlindungan diri dari pemerintah, “Itu dia yang lagi kita pikirin (Jaminan kesehatan), terimakaish masukannya ya,” kata dia.
Untuk diketahui, data kasus Covid-19 di Kota Depok sampai dengan Sabtu 17 Oktober 2020, terkonfirmasi positif telah mencapai 6.126 kasus, dengan rincian sembuh 4.565 orang, meninggal dunia 172 orang, dan kasus aktif 1.389 orang.