Kasus Korupsi Proyek Jalan Tol MBZ, Bagaimana Soal Aliran Dana

Reporter

Karunia Putri

Editor

Dwi Arjanto

Rabu, 31 Juli 2024 14:51 WIB

Jalan tol layang MBZ. Foto: Dok. Jasa Marga

TEMPO.CO, Jakarta - Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi atau Tipikor Jakarta telah menjatuhkan vonis terhadap Djoko Dwijono, terdakwa dalam kasus korupsi proyek pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek (Japek) II atau Jalan Tol MBZ.

Dalam sidang yang digelar di Pengadilan Tipikor Jakarta, Djoko dinyatakan bersalah atas tindakan korupsi yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 510.085.261.485. Lantas, ke mana aliran dana korupsi tersebut?

Menurut Hakim Ketua Fahzal Hendri, kerugian negara ini terjadi akibat perbuatan Djoko bersama-sama dengan Yudhi Mahyudin, Tony Budianto Sihite, Sofiah Balfas, dan Dono Parwoto dalam proyek pembangunan tol tersebut.

Mereka terbukti melakukan pembayaran yang memperkaya KSO Waskita-Acset sebesar Rp 510 miliar. "Kerugian keuangan negara yang timbul dari pekerjaan pembangunan tersebut telah dinikmati, diperoleh, atau dibayarkan kepada pihak KSO Waskita-Acset," ujar Fahzal.

Angka kerugian sebesar Rp 510 miliar tersebut muncul berdasarkan hasil audit yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pada 29 Desember 2023.

Advertising
Advertising

Laporan audit tersebut mengungkapkan bahwa pembayaran proyek tersebut telah dinikmati oleh pihak KSO Waskita-Acset. Fahzal menjelaskan bahwa akibat tindakan Djoko dan rekan-rekannya, pihak KSO Waskita-Acset memperoleh keuntungan yang tidak sah dari proyek pembangunan tol ini.

Dalam persidangan, terungkap bahwa Djoko dan rekan-rekannya mengubah spesifikasi khusus yang tidak sesuai dengan desain awal proyek. Mereka juga menurunkan volume dan mutu steel box girder, komponen penting dalam struktur tol. Perubahan ini menyebabkan Jalan Tol MBZ tidak memenuhi standar keamanan dan kenyamanan untuk dilalui kendaraan golongan III, IV, dan V.

Lebih lanjut, Djoko dan Tony terbukti bersengkongkol dengan pihak KSO Waskita-Acset untuk mengurangi volume pekerjaan struktur beton. Keduanya menyetujui pekerjaan volume beton yang tidak sesuai dengan Rencana Tahap Akhir (RTA), yang merupakan panduan utama dalam pembangunan proyek tersebut.

Djoko juga dianggap bersalah karena tidak melakukan evaluasi dan pengendalian proyek secara memadai, sehingga hasil akhir proyek tidak sesuai dengan studi kelayakan dan kriteria desain yang telah ditetapkan sejak awal.

Meskipun Djoko dinyatakan bersalah, majelis hakim memutuskan tidak membebankan biaya uang pengganti kerugian negara sebesar Rp 510 miliar kepada Djoko. Biaya tersebut dibebankan kepada KSO Waskita-Acset.

Hakim beralasan bahwa kerugian negara yang timbul dari pekerjaan pembangunan tersebut telah dinikmati oleh pihak KSO Waskita-Acset, bukan oleh Djoko secara pribadi. "Terdakwa tidak memperoleh ataupun menikmati hasil tindak pidana korupsi atas timbulnya kerugian keuangan negara sebesar Rp 510 miliar," tegas Fahzal.

Selain Djoko, majelis hakim juga menjatuhkan hukuman kepada tiga terdakwa lainnya yang terlibat dalam kasus ini. Mereka adalah Yudhi Mahyudin, Ketua Panitia Lelang PT JJC; Sofiah Balfas, Direktur Operasional II PT Bukaka Teknik Utama sejak 2008 dan Kuasa KSO Bukaka PT KS; serta Tony Budianto Sihite, Team Leader Konsultan Perencana PT LAPI Ganesatama Consulting dan Pemilik PT Delta Global Struktur. Ketiganya memiliki peran penting dalam proyek pembangunan yang menyebabkan kerugian besar bagi negara.

KARUNIA PUTRI | AMELIA RAHIMA SARI
Pilihan editor: 5 Fakta Soal Sidang Putusan Keempat Terdakwa Dugaan Korupsi Jalan Tol MBZ

Berita terkait

Gazalba Saleh Sebut Uang Hasil Penjualan Batu Permata Jadi Sumber Kekayaannya

2 hari lalu

Gazalba Saleh Sebut Uang Hasil Penjualan Batu Permata Jadi Sumber Kekayaannya

Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh menyebut sempat berencana menjual batu permata berwarna merah muda yang ditemukannya di kebun Australia di toko perhiasan yang berada di kawasan Blok M.

Baca Selengkapnya

Ditetapkan Sebagai Tersangka dan Ditahan untuk Kedua Kalinya, Gazalba Saleh: Saya Syok

2 hari lalu

Ditetapkan Sebagai Tersangka dan Ditahan untuk Kedua Kalinya, Gazalba Saleh: Saya Syok

Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh mengaku syok saat mengetahui dirinya disangkakan pasal gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang

Baca Selengkapnya

Beli Toyota Alphard Rp 1 Miliar, Gazalba Saleh: Untuk Dihadiahkan

2 hari lalu

Beli Toyota Alphard Rp 1 Miliar, Gazalba Saleh: Untuk Dihadiahkan

Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh menuturkan pembelian mobil Toyota Alphard Hitam yang menggunakan nama kakaknya, Edy Ilham Soleh sebagai hadiah dan balas budi. Ia berniat untuk menyerahkan mobil itu kepada Edy.

Baca Selengkapnya

Sidang Kasus Rekayasa Jual Beli Emas Antam, Saksi Ungkap Eks Karyawan Terima Rp 150 Juta dari Broker

3 hari lalu

Sidang Kasus Rekayasa Jual Beli Emas Antam, Saksi Ungkap Eks Karyawan Terima Rp 150 Juta dari Broker

Saksi sidang lanjutan perkara rekayasa pembelian emas Antam, Andik Julianto, mengungkapkan bahwa mantan karyawan Antam, Ahmad Purwanto menerima uang sebesar Rp 150 juta dalam transaksi jual beli emas logam mulia yang melibatkan Budi Said.

Baca Selengkapnya

Dituntut 15 Tahun Penjara, Gazalba Saleh Sebut Penyidik KPK Lakukan Rekayasa Penyidikan

3 hari lalu

Dituntut 15 Tahun Penjara, Gazalba Saleh Sebut Penyidik KPK Lakukan Rekayasa Penyidikan

Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh menyebut proses penyidikan yang dilakukan penyidik (KPK) dalam perkara dugaan gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) tidak lazim. Sebab, kata dia, sangkaan gratifikasi dari Ahmad Riyadh muncul saat masa penahanannya akan berakhir.

Baca Selengkapnya

Sidang Lanjutan Dugaan Korupsi Budi Said, Hotman Paris Hutapea Minta Jaksa Hadirkan Saksi Kunci

3 hari lalu

Sidang Lanjutan Dugaan Korupsi Budi Said, Hotman Paris Hutapea Minta Jaksa Hadirkan Saksi Kunci

Kuasa hukum terdakwa kasus korupsi Budi Said, Hotman Paris Hutapea meminta JPU untuk menghadirkan saksi kunci di persidangan selanjutnya. Keempat orang tersebut ialah Eksi Anggraeni, Endang Kumoro, Ahmad Purwanto, dan Misdianto.

Baca Selengkapnya

Gazalba Saleh Merasa Terzalimi Atas Tuntutan 15 Tahun Penjara: Palu Godam Penyidik Terhadap Saya

3 hari lalu

Gazalba Saleh Merasa Terzalimi Atas Tuntutan 15 Tahun Penjara: Palu Godam Penyidik Terhadap Saya

Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh mengklaim munculnya perkara dugaan korupsi berupa gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang menjeratnya disebabkan keraguan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Baca Selengkapnya

Sidang Korupsi Timah, Staf PT Refined Bangka Tin Ungkap Transaksi Rp 183 M dengan PT Timah

7 hari lalu

Sidang Korupsi Timah, Staf PT Refined Bangka Tin Ungkap Transaksi Rp 183 M dengan PT Timah

Staf General Affairs PT Refined Bangka Tin Adam Marcos bersaksi di sidang korupsi timah dengan terdakwa Harvey Moeis, Suparta dan Reza Ardiansyah.

Baca Selengkapnya

Majelis Hakim Dua Kali Tegur Saksi Sidang Korupsi Timah Harvey Moeis dari PT Refined Bangka Tin, Diminta Jujur

8 hari lalu

Majelis Hakim Dua Kali Tegur Saksi Sidang Korupsi Timah Harvey Moeis dari PT Refined Bangka Tin, Diminta Jujur

Saksi dalam sidang korupsi timah terdakwa Harvey Moeis hari ini adalah Adam Marcos, pegawai PT Refined Bangka Tin (PT RBT) di bidang General Affairs.

Baca Selengkapnya

Hakim Tolak Eksepsi Eks Petinggi Smelter di Perkara Korupsi Timah

9 hari lalu

Hakim Tolak Eksepsi Eks Petinggi Smelter di Perkara Korupsi Timah

Hakim mengatakan ada dugaan usaha teror dan intimidasi terhadap penyidik jika persidangan perkara korupsi timah dilakukan di PN Pangkalpinang.

Baca Selengkapnya