Surat dari Anak Munir Said Thalib: Puzzle Memoria Abah

Sabtu, 7 September 2024 12:19 WIB

Aktivis HAM Munir Said Thalib tewas dalam pesawat rute Singapura-Belanda pada 7 September 2004. Dugaan awal, Munir meninggal akibat sakit. Namun pada 12 November 2004, Badan Forensik Belanda mengeluarkan hasil autopsi bahwa Munir diracun. Pembunuhan berencana itu terungkap setelah dilakukan penyelidikan secara forensik. Dok.TEMPO/Bernard Chaniago

TEMPO.CO, Jakarta - Munir Said Thalib, pejuang hak asasi manusia itu diracun di atas langit Rumania 7 September 2004 silam. Dua dekade kepergiannya memberi rasa kehilangan mendalam yang terasa hingga kini. Luka itu nyata, terutama bagi seorang anak yang pada akhirnya tidak pernah benar-benar mengenal sosok seorang ayah.

Saya anak itu, Diva Suukyi. Abah dibunuh saat saya berusia dua tahun. Saya selalu membayangkan kehangatan, perhatian, dan kasih sayang seorang ayah yang tidak pernah didapatkan. Ini menyesakkan jiwa.

Saya masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang terjadi. Namun, lewat cerita-cerita ibu dan orang-orang yang mengenalnya, saya mulai memahami betapa pentingnya perjuangan yang abah lakukan. Ia adalah sosok yang berani bersuara di tengah ketidakadilan, berjuang demi tegaknya kebenaran, meski itu berarti mempertaruhkan nyawanya sendiri.

Hasil autopsi mengungkapkan abah diracun dengan arsenik. Racun ini ditemukan di jus jeruk yang diminumnya di pesawat Garuda Indonesia. Sebuah fakta yang mengejutkan kami semua.

Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) untuk menyelidiki kematian abah. Tim mulai bekerja pada Desember 2004 hingga Juni 2005. Pada akhirnya, para pelaku seperti Indra Setiawan, Rohainil Aini, dan Pollycarpus Budihari Priyanto ditangkap dan diadili. Namun, banyak pertanyaan masih belum terjawab mengenai siapa dalang utama di balik pembunuhan abah.

Advertising
Advertising

Di masa pemerintahan SBY pula, Komisi Informasi Publik memutuskan bahwa dokumen TPF harus dipublikasikan, tetapi keputusan tersebut tidak pernah dilaksanakan.

Rezim berganti. Harapan kembali muncul saat Joko Widodo menjadi orang nomor satu di republik ini. Ia memerintahkan Jaksa Agung untuk menyelesaikan kasus abah dan berjanji di depan 22 pengacara serta pakar hukum dan HAM akan menuntaskannya.

Nyatanya janji tinggal janji yang sampai sekarang tidak ada implementasinya. Dokumen TPF diketahui hilang. SBY mengklaim telah mengirimkan salinan dokumen tersebut kepada pemerintahan selanjutnya. Namun, lagi-lagi usaha tersebut tidak membuahkan hasil.

Kini Komnas HAM sedang melakukan penyelidikan pro yustisia agar kasus ini diakui sebagai pelanggaran HAM berat yang tidak mengenal kedaluwarsa. Karena pembunuhan abah melibatkan negara dan badan intelijen.

Seharusnya, Komnas HAM sudah memutuskan ini sebagai kasus pelanggaran HAM berat sejak lama. Semoga saja penundaan yang dilakukan lama tidak berarti menunda keadilan bagi korban.

Selama bertahun-tahun, keluarga kami bersama dengan para aktivis terus mendesak pemerintah untuk transparan dan serius dalam menangani kasus ini. Hilangnya dokumen-dokumen penting terkait penyelidikan menimbulkan kecurigaan dan kemarahan publik, menjadi simbol dari lambatnya penegakan hukum di negeri ini.

Meskipun sudah berlangsung lama, desakan agar kasus ini diungkap tuntas tidak pernah surut. Berbagai aksi dan kampanye terus dilakukan oleh masyarakat sipil sambil berharap keadilan bisa ditegakkan. Bukan hanya untuk abah, tetapi juga untuk semua korban pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.

Berbagai upaya telah dilakukan dan kami masih menghadapi kenyataan bahwa keadilan untuk abah belum sepenuhnya tercapai. Namun, sebagai anak, saya merasa penting untuk terus menjaga api perjuangan ini tetap menyala.

Bagi kami, kasus abah bukan hanya tentang keadilan untuk satu orang, tetapi juga tentang harapan untuk perubahan yang lebih besar. Kami berharap melalui perjuangan ini, Indonesia bisa menjadi negara yang lebih adil, di mana hak asasi manusia dihormati dan dilindungi.

Ketika melahirkan saya dan kakak, orang tua kami bermimpi agar ruang demokrasi dan penegakkan HAM di Indonesia menjadi lebih baik. Namun, hari ini kita mengalami kenyataan pahit.

Mendung ketidakadilan boleh terus menggelayuti demokrasi dan penegakan HAM. Namun, kami akan terus berjuang dan bersolidaritas menyalakan lilin semangat perjuangan. Abah mungkin tiada, tetapi abah akan tetap berlipat ganda di jiwa juang kami.

Pilihan Editor: Dua Dekade Pembunuhan Munir, Amnesty: Negara Enggan Tuntaskan Kasus dan Tegakkan Keadilan

Berita terkait

Alasan Rapat Paripurna DPR Tolak Usulan 12 Calon Hakim Agung yang Diajukan KY

7 hari lalu

Alasan Rapat Paripurna DPR Tolak Usulan 12 Calon Hakim Agung yang Diajukan KY

Komisi III DPR menemukan dua dari 12 calon hakim agung dan hakim ad hoc HAM terbukti tidak memenuhi persyaratan.

Baca Selengkapnya

20 Tahun Berlalu, Ini 7 Kejanggalan Kasus Kematian Munir

9 hari lalu

20 Tahun Berlalu, Ini 7 Kejanggalan Kasus Kematian Munir

Setelah dua dekade, kasus kematian Munir masih belum menemukan titik terang. Berbagai kejanggalan menyertai hingga saat ini.

Baca Selengkapnya

20 Tahun Pembunuhan Munir, LBH Bandung Singgung Kejanggalan Hilangnya Dokumen TPF

10 hari lalu

20 Tahun Pembunuhan Munir, LBH Bandung Singgung Kejanggalan Hilangnya Dokumen TPF

Direktur LBH Bandung menyoroti soal pengungkapan 20 tahun pembunuhan Munir aktivis HAM dan kejanggalan hilangnya dokumen tim pencari fakta (TPF).

Baca Selengkapnya

20 Tahun Pembunuhan Munir, Kronologi Kematian Aktivis HAM Akibat Racun Arsenik di Pesawat

10 hari lalu

20 Tahun Pembunuhan Munir, Kronologi Kematian Aktivis HAM Akibat Racun Arsenik di Pesawat

20 tahun sudah kematian Munir tidak kunjung menemukan titik terang mengungkap siapa dalang pembunuhan Munir sesungguhnya.

Baca Selengkapnya

Kim Jong Un Kerap Lakukan Hukuman Mati, Terbaru Eksekusi Mati 30 Pejabat Buntut Gagal Mitigasi Banjir

11 hari lalu

Kim Jong Un Kerap Lakukan Hukuman Mati, Terbaru Eksekusi Mati 30 Pejabat Buntut Gagal Mitigasi Banjir

Kim Jong Un eksekusi mati sekitar 30 pejabat akhir Agustus lalu. Ini deretan hukuman mati oleh pemimpin Korea Utara, termasuk kepada pamannya sendiri.

Baca Selengkapnya

20 Tahun Pembunuhan Munir, Komnas HAM Ungkap Perkembangan Penyelidikan

11 hari lalu

20 Tahun Pembunuhan Munir, Komnas HAM Ungkap Perkembangan Penyelidikan

Komnas HAM mengungkapkan perkembangan penyelidikan peristiwa pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib yang terjadi 20 tahun silam.

Baca Selengkapnya

Cerita Mendiang Aktivis HAM Munir dan Ayam Jago Pelung Peliharaannya

11 hari lalu

Cerita Mendiang Aktivis HAM Munir dan Ayam Jago Pelung Peliharaannya

Di samping gigih melawan ketidakadilan, mendiang aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib ternyata amat menyukai ayam jago pelung.

Baca Selengkapnya

20 Tahun Pembunuhan Munir, Amnesty: Tak Ada Niat Politik dari Pemerintah Ungkap Pelaku Utama

12 hari lalu

20 Tahun Pembunuhan Munir, Amnesty: Tak Ada Niat Politik dari Pemerintah Ungkap Pelaku Utama

Pada 7 September 2024, menandai dua dekade pembunuhan Munir Said Thalib, aktivis yang gigih memperjuangkan hak asasi manusia.

Baca Selengkapnya

Dua Dekade Pembunuhan Munir, Amnesty: Negara Enggan Tuntaskan Kasus dan Tegakkan Keadilan

12 hari lalu

Dua Dekade Pembunuhan Munir, Amnesty: Negara Enggan Tuntaskan Kasus dan Tegakkan Keadilan

Amnesty International Indonesia kembali menyoroti kasus pembunuhan Munir Said Thalib.

Baca Selengkapnya

Amnesty Sayangkan Tidak Ada Inisiatif Negara Bongkar Pembunuhan Munir setelah 20 Tahun Berlalu

13 hari lalu

Amnesty Sayangkan Tidak Ada Inisiatif Negara Bongkar Pembunuhan Munir setelah 20 Tahun Berlalu

Usman mengatakan pembunuhan Munir diartikan sebagai tindakan menghentikan perjuangan korban dan keluarga korban pelanggaran HAM.

Baca Selengkapnya