Kasus Bayi Debora, KPAI Tunggu Jawaban RS Mitra Keluarga

Reporter

Senin, 11 September 2017 13:03 WIB

Tim Advokasi, Birgaldo Sinaga mendampingi orang tua Tiara Debora Simanjorang, Henny Silalahi dan Rudianto Simanjorang di Kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, 11 Agustus 2017. TEMPO/Larissa

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan sikapnya dalam kasus meninggalnya bayi Debora atau Tiara Debora Simanjorang karena tidak langsung ditangani oleh Rumah Sakit Mitra Keluarga di kawasan Kalideres, Jakarta.


Keterlambatan penanganan diduga karena keluarga korban bayi Debora tidak dapat membayar uang muka biaya pengobatan.


Baca juga: Kasus Bayi Debora, Djarot: Rumah Sakit Harus Punya Misi Sosial


Ketua KPAI Susanto menyesalkan peristiwa tersebut mengingat rumah sakit seharusnya berorientasi pada kebutuhan sosial ketimbang profit. Apalagi, kata Susanto, negara mengatur secara tegas bahwa semua anak harus dilindungi, termasuk dalam hal layanan kesehatan dalam kondisi apapun.


"Dalam undang-undang perlindungan anak pun juga sudah menegaskan itu," ujar Susanto di Kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 11 September 2017.


Advertising
Advertising

Susanto mengatakan saat ini pihaknya sedang mendalami permasalahan secara komprehensif. Dalam waktu dekat, kata Susanto, KPAI akan menggali informasi dari pimpinan rumah sakit untuk mencari duduk permasalahannya.


"Ini sekaligus upaya untuk mendapatkan informasi supaya berimbang. Ini prinsip standar kami dalam menangani masalah," ujar Susanto.


Menurut Susanto, secara prosedur ruamh sakit untuk kepentingan sosial, sehingga semua anak memiliki hak yang sama untuk dilayani dengan baik sesuai dengan prinsip spirit kemanusiaan. Rencananya, KPAI akan memanggil pihak rumah sakit pada Rabu mendatang.


Adapun pihak yang diharapkan uluran tangannya terhadap kasus ini agar tidak berulang adalah Kementerian Kesehatan, Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, dan lainnya. Dia sudah menemui Henny Silalahi, ibu Debora, untuk mendengar kronologi kejadiannya.


Tiara Debora meninggal pada Minggu, 3 September 2017 karena terlambat mendapat pertolongan dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres. Pada sekitar pukul 03.30 WIB, Rudianto Simanjorang dan Henny Silalahi membawa anaknya ke rumah sakit tersebut karena mengalami sesak nafas.


Orangtua Debora menjelaskan rumah sakit menolak merawat Debora di fasilitas Pediatric Intensive Care Unit (PICU) karena tidak mampu memenuhi biaya administrasi Rp 19 juta. Saat itu, mereka baru memiliki dana Rp 5 juta untuk fasilitas pelayanan PICU.


Pihak rumah sakit beralasan tidak menerima pasien BPJS. Mereka membuat surat rujukan bagi rumah sakit lain yang menerima pasien BPJS.


Sejumlah rumah sakit ditelpon, namun tak ada satupun yang fasilitas PICU-nya kosong. Henny mengunggah status di Facebook dan menghubungi teman-temannya untuk minta dicarikan rumah sakit.


Pada pukul 09.00 WIB orangtua Debora mendapat kabar bahwa RS Koja yang memiliki PICU, bersedia menampung anaknya.


Namun, ketika dokter dari RS Mitra Keluarga Kalideres menghubungi rumah sakit RS Koja, kondisi Debora makin memburuk. Tak lama kemudian bayi berusia 4 bulan itu meninggal dunia.


Mereka membawa pulang Debora dan menguburkan anak kelimanya itu untuk selamanya. Kisah Henny ini sempat viral di media sosial. Henny mengaku tak mengharapkan apa-apa, selain berharap tak ada Debora-Debora lainnya.


Direktur RS Mitra Keluarga Fransisca Dewi menjelaskan pihaknya sudah melakukan penanganan untuk kondisi emergency.


Simak juga: Kasus Bayi Debora, Mendagri: Jangan Berobat ke RS Tidak Manusiawi


“Namun untuk masuk ke ruang PICU memang harus dikomunikasikan terlebih dulu karena biayanya sangat mahal. Jadi alangkah lebih baik kalau dirujuk ke RS yang bekerja sama dengan BPJS supaya tidak terbebani biaya,” ujar Fransisca Dewi di kantor Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada Senin, 11 September 2017.


Kepala Dinas Kesehatan Jakarta Koesmedi Priharto dan Fransisca Dewi berbicara dengan wartawan menjelaskan kasus bayi Debora.


LARISSA HUDA

Berita terkait

Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

25 hari lalu

Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

KPAI meminta orang tua memanfaatkan momen libur Idul Fitri untuk memaksimalkan peran pengasuhan yang terbaik bagi anak.

Baca Selengkapnya

Cegah Perang Sarung dengan Mendorong Partisipasi Anak di Kegiatan Ramadan

48 hari lalu

Cegah Perang Sarung dengan Mendorong Partisipasi Anak di Kegiatan Ramadan

KPAI menyarankan partisipasi anak dalam berbagai kegiatan Ramadan demi mencegah terjadinya kekerasan yang melibatkan anak, seperti perang sarung.

Baca Selengkapnya

Marak Perang Sarung, KPAI Imbau Pesantren hingga Ormas Bantu Arahkan Kegiatan Anak selama Ramadan

49 hari lalu

Marak Perang Sarung, KPAI Imbau Pesantren hingga Ormas Bantu Arahkan Kegiatan Anak selama Ramadan

KPAI mengimbau pelbagai lembaga keagamaan, seperti pesantren, lembaga zakat, dan ormas Islam, membantu mengarahkan kegiatan anak selama Ramadan.

Baca Selengkapnya

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

54 hari lalu

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

Sepanjang awal 2024, KPAI mencatat ada 46 kasus anak mengakhiri hidup akibat kekerasan anak, yang hampir separuhnya terjadi di satuan pendidikan.

Baca Selengkapnya

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

54 hari lalu

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

KPAI meminta segera dibentuk Satgas Daerah dan Tim Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, KPAI Harap Proses Hukum Tetap Berjalan

56 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, KPAI Harap Proses Hukum Tetap Berjalan

Polisi tetapkan ibu kandung bunuh anaknya sendiri di Bekasi sebagai tersangka. KPAI mengambil tindakan cepat.

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

57 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

Kasus ibu bunuh anak di Bekasi menambah catatan anak menjadi korban saat diasuh orang dengan gangguan kejiwaan

Baca Selengkapnya

Reaksi Kemenag, KPAI, dan PPPA soal Kasus Dugaan Penganiayaan Santri di Kediri

1 Maret 2024

Reaksi Kemenag, KPAI, dan PPPA soal Kasus Dugaan Penganiayaan Santri di Kediri

Kasus dugaan penganiayaan santri di sebuah pondok pesantren di Kediri, Jawa Timur, menuai reaksi dari Kemenag, KPAI, dan PPPA. Apa reaksi mereka?

Baca Selengkapnya

KPAI Akan Lakukan Pengawasan ke Kediri untuk Pastikan Pemenuhan Hak Keluarga Korban Santri yang Tewas Dianiaya Temannya

29 Februari 2024

KPAI Akan Lakukan Pengawasan ke Kediri untuk Pastikan Pemenuhan Hak Keluarga Korban Santri yang Tewas Dianiaya Temannya

KPAI akan melakukan pengawasan ke Kediri bersama tim untuk memastikan perlindungan dan pemenuhan hak anak dalam kasus ini.

Baca Selengkapnya

KPAI Tak Bisa Temui Kapolres Tangsel Soal Bullying di Binus, Kompolnas Bakal Koordinasi dengan Irwasda Polda Metro

28 Februari 2024

KPAI Tak Bisa Temui Kapolres Tangsel Soal Bullying di Binus, Kompolnas Bakal Koordinasi dengan Irwasda Polda Metro

KPAI mengeluh dan gerap atas sikap Kapolres Tangsel yang tak bisa ditemui soal penanganan kasus bullying di Binus School Serpong.

Baca Selengkapnya