TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 6.500 personel gabungan TNI-Polri akan diturunkan untuk menjaga unjuk rasa Alumni 212 yang menuntut Sukmawati Soekarnoputri hari ini, Jumat, 6 April 2018. Demonstrasi massa Persaudaraan Alumni 212 dan Front Pembela Islam (FPI) itu dilakukan di depan Badan Reserse Kriminal Polri untuk menuntut Sukmawati Soekarnoputri dipenjara karena telah menghina agama Islam.
Total personel yang diturunkan ini sangat besar. Jumlahnya mencapai enam kali lipat dari massa pengunjuk rasa yang diperkirakan hanya sekitar 1.000 orang. "Untuk kepolisian, tim dari Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat," kata juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono, melalui pesan pendek di Jakarta, Jumat, 6 April 2018.
Unjuk rasa ini merupakan reaksi atas puisi Sukmawati Soekarnoputri berjudul Ibu Indonesia. Puisi ini dianggap telah menista agama Islam. Puisi itu diciptakan Sukmawati dan dibacakan dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018.
Baca: MUI Maafkan Sukmawati Soekarnoputri, Demo Alumni 212 Jalan Terus
Massa Alumni 212 dan FPI akan berunjuk rasa di depan Bareskrim, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat. Aksi dimulai pukul 13.00 dengan batas maksimal pukul 18.00 WIB, sesuai dengan Peraturan Kepala Polri Nomor 9 Tahun 2008.
Argo menyebutkan massa akan berkumpul lebih dulu di Masjid Istiqlal, sekitar 1,5 kilometer dari lokasi. Pengaturan lalu lintas akan dilakukan di sekitar lokasi aksi. Ia belum merinci ruas jalan mana saja yang akan mengalami penutupan sementara.
Sebelumnya, sempat muncul kabar bahwa aksi ditunda setelah Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin menerima permintaan maaf Sukmawati Soekarnoputri. Juru bicara aksi itu, Dedy, buru-buru membantahnya. Aksi, kata dia, tetap digelar karena proses hukum harus tetap berlanjut.
Baca: Seusai Salat Jumat, Pelapor Sukmawati Soekarnoputri Akan ke MUI
Ia menganggap demo Alumni 212 terhadap Sukmawati Soekarnoputri ini semata-mata untuk memberi dukungan kepada polisi agar penegakan hukum dilakukan tanpa tebang pilih. "Barangkali, karena beliau putri proklamator, ada hambatan psikologis pada polisi," ujarnya.