TEMPO.CO, Jakarta - Batti Bagus Nugraha, yang ditembak Densus 88 karena diduga teroris, dikenal sebagai sosok pendiam di lingkungannya di Kelurahan Utan Panjang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Ayahnya adalah ketua rukun warga di kelurahan tersebut.
“Jarang keluar dia. Paling sekali-sekali jajan mi ayam di sini," kata Ami, tetangga Batti, saat ditemui Tempo di Jalan Utan Panjang pada Minggu, 13 Mei 2018.
Baca: Empat Terduga Teroris Ditembak Mati di Cianjur
Batti Bagus Nugraha merupakan terduga teroris yang tewas ditembak oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia di Terminal Pasirhayam, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada Minggu dinihari.
Densus 88 juga menembak tewas tiga orang lain yang bersama Batti, yakni Dwi Cahyo Nugroho, 23 tahun, Agus Riyadi (33), dan Haji Saputra (24).
Polisi telah membuntuti mereka dari Sukabumi, Jawa Barat. Keempatnya naik mobil Honda Brio perak dengan nomor polisi F-1614-UZ.
Di Cianjur, mereka sempat melarikan diri dengan masuk ke terminal. Densus mengejar hingga terjadi baku tembak sebelum keempatnya tewas.
Ami mengaku tidak tahu penyebab meninggalnya Batti. Dia hanya mendengar kabar yang berseliweran dari para tetangga. Keluarga Batti pun sudah pindah ke daerah Kebon Kosong, Kemayoran, sejak beberapa bulan lalu.
Simak: Penangkapan Teroris, Polisi dan Pelaku Baku Tembak di Cianjur
"Cuma dengar, katanya anaknya Pak RW meninggal di Cianjur, enggak tahu kenapanya," tuturnya.
Selain melihat sosoknya yang pendiam, warga menilai anak kedua dari empat bersaudara itu sebagai orang yang taat beribadah.
"Dia sering keluar pakai gamis atau celana cingkrang dan baju koko," ujar Ami menjelaskan sosok pria yang ditembak Densus 88 karena diduga teroris tersebut.