TEMPO.CO, Bogor – Darwin Harianto, 51, dipastikan menjadi satu di antara korban pesawat Lion Air jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin 29 Oktober 2018. Darwin adalah seorang konsultan lingkungan dan seorang Ketua RT di kompleks perumahannya di Villa Mutiara, Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.
Baca juga:
Kenangan Tetangga, Kopilot Lion Air Senang Bercanda
Rasa sedih tak hanya membekap istri dan dua anak Darwin di rumah duka, tapi juga membekas di kompleks perumahan itu. Abdul Halim, 42, warga setempat mengungkap kenangan terakhir bersama Darwin berupa rapat membahas masalah banjir.
“Kalau di wilayah ini Pak Darwin itu menjabat sebagai Ketua RT, karena itu tadi malam beliau mau menemui warga kompleks untuk bahas soal lingkungan supaya tidak banjir," tuturnya ketika ditemui di rumah duka Senin malam, 29 Oktober 2018.
Puing-puing dan barang bawaan korban pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di Pantai Pakis Jaya, dievakuasi oleh Basarnas di Jakarta International Container Terminal (JICT II), Jakarta Utara, Senin, 29 Oktober 2018. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Abdul Halim mengakui kesibukan tetangganya itu sebagai seorang konsultan lingkungan. Namun rapat mingguan bersama warga lainnya tak pernah ditinggalkan. Usai rapat terakhir pada Minggu malam lalu, Darwin disebutkannya pamit berangkat dinas luar kota ke Pangkal Pinang untuk sampel tanah calon perkebunan kelapa sawit.
Baca:
Detik-detik Lion Air Jatuh, KNKT: Pilot Minta RTB di 2000 Kaki
Selami Tanjung Karawang, Basarnas Kumpulkan Potongan Tubuh Ini
“Beliau sempat bilang kalau pembicaraan penanganan banjir di perumahan detilnya akan dibahas lagi setelah pulang dari Pangkal Pinang," kata dia sambil menambahkan, “Kami yang tinggal di sini menjadi warga dia, karena itu kami pun sangat berduka.”
Pada Senin malam itu, suara tangisan masih terdengar dari dalam rumah duka. Asalnya adalah Liana, istri Darwin. Tangisnya pecah saat menerima sejumlah rekan korban yang datang dari Pangkal Pinang.