TEMPO.CO, Jakarta - Penyelam Syahrul Anto yang gugur saat penyelaman di Tanjung Karawang memiliki tugas khusus mencari jenazah korban pesawat Lion Air.
Baca: Jaksa Dodi Korban Lion Air JT 610 Pagi Ini Dimakamkan di Bintaro
Leader Indonesia Diving Rescue Team (IDRT) Bayu Wardoyo mengatakan timnya beranggotakan empat orang termasuk Syahrul Anto bertugas mengevakuasi jenazah korban pesawat Lion Air.
Namun Syahrul Anto tewas dalam penyelaman pada Jumat, 2 November 2018. "Syahrul salah satu penyelam terbaik kami," kata Bayu saat ditemui di Jakarta International Container Truck II, Jakarta Utara, Sabtu, 3 November 2018.
Pada saat itu, timnya bergabung bersama tujuh orang penyelam Badan SAR Nasional. Dua anggota IDRT pertama termasuk Bayu, mulai menyelam sekitar pukul 12.30.
Setelah setengah jam penyelaman ia naik untuk beristirahat. Menurut Bayu, keadaan arus saat ia menyelam bersama timnya cukup bersahabat dan jarak pandang pun cukup baik.
Sekitar pukul 13.00, kata dia, ada tim dari Komando Pasukan Katak TNI turun untuk menaikkan ban pesawat yang telah ditemukan.
Setelah ban tersebut berhasil diangkat, sekitar pukul 15.30, giliran Syahrul bersama anggota IDRT turun mencari jenazah. "Syahrul telah turun ke dasar laut di kedalaman 33,1 meter bersama anggota lainnya," ujarnya.
Kata Bayu, keadaan laut saat Syahrul menyelam lebih tenang. Hanya saja, kata dia, jarak pandang di dasar laut lebih tertutup karena lumpur dan pasir yang teraduk setelah pengangkatan ban pesawat.
Setelah 20 menit penyelaman di dasar laut, kata Bayu, anggota tim penyelam yang bersama Syahrul naik ke kapal untuk beristirahat. Namun, Syahrul Anto tidak bersama rekannya.
Baca: Cerita Penyelam Syahrul Anto Evakuasi Korban Pesawat Jatuh
"Syahrul ditemukan sudah mengambang oleh kapal Basudewa," ujarnya. "Syahrul sempat membawa potongan jenazah di dalam kantong yang dibawanya. Namun, sepertinya lepas."