TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD DKI Jakarta Jupan Royter mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan memasang 40 alat deteksi gempa di Jakarta.
Baca juga: Tya, Finalis Abang-None Jakarta Korban Tsunami Selat Sunda
"Sedang dirapatkan dan koordinasi dengan BMKG," kata Jupan saat dihubungi, Selasa, 25 Desember 2018. Menurut Jupan, sejumlah titik yang bakal dipasang alat pendeteksi gempa berada di kawasan wisata seperti Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah, Utan Kayu, Srengseng Sawah, dan lainnya.
Menurut dia, alat deteksi gempa itu juga bisa mendeteksi potensi tsunami yang berada di lautan. Sebab, tsunami terjadi karena naiknya air laut akibat gempa. "Peringatan dini potensi bencana juga kami selalu berikan melalui akun media sosial BPBD," ucapnya.
Terkait dengan tsunami di Banten dan Lampung Sabtu kemarin, memang tidak ada peringatan dini. Alasannya, alat pendeteksi tsunami di kawasan tersebut rusak. "Untuk potensi bencana dan peringatan dini kami juga mengetahui dari BMKG."
Jupan menuturkan, begitu mengetahui ada bencana di Banten dan Lampung, pihaknya langsung menerjunkan tim ke lokasi. Setelah itu, untuk penanganan tanggap bencana pihaknya bekerja sama dengan Dinas Sosial, Pemadam Kebakaran, sampai Dinas Pemakaman.
Baca juga: Tsunami Selat Sunda, Anies Minta Warga Jakarta Tetap Waspada
"Kami membantu mengevakuasi korban dan mendirikan dapur umum bantuan dari Dinsos," ucap Jupan. Ia mengatakan BPBD DKI juga terus mengevaluasi kebutuhan untuk proses tanggap bencana yang terjadi.
Jupan memastikan tim BPBD DKI bakal siaga selama proses evakuasi tsunami Selat Sunda berlangsung. "Kami terus siaga selama dibutuhkan," kata Jupan.
Sebelumnya, Kepala BMKG mengatakan wilayah DKI Jakarta sangat rawan dan akan berdampak parah jika diguncang gempa bumi. Hal itu disampaikan saat membuka diskusi bertema “Gempa Bumi Megathrust Magnitudo 8,7, Siapkah Jakarta?” yang digelar Ikatan Alumni Meteorologi dan Geofisika.
"Karena Jakarta ini tanahnya lunak dan dikepung patahan aktif. Entah dari mana pusat gempanya, guncangannya pasti terasa kuat," kata Dwikorita di Jakarta, Rabu, 28 Februari 2018.