Sampai titik ini, beberapa bagian perjalanan dirasa seperti menumpang KRL Jabodetabek. Termasuk untuk pengoperasian kereta yang sama menggunakan aliran listrik atas. Meski Ratangga mampu beroperasi otomatis tanpa masinis.
Baca:
Anies Sebut Perbuatan Atlet Asian Games Injak Kursi MRT Tak Sopan
Saat Ratangga melaju, perjalanan cukup nyaman karena tak terasa guncangan apa pun, gaya kelembaman hanya terjadi saat kereta bergerak pertama. Selebihnya, perjalanan antar stasiun seperti berselancar di atas rel yang rata.
Setelah melalui Stasiun Senayan, Ratangga menambah laju kecepatannya. Hal itu diakibatkan kereta mulai menanjak dan meninggalkan terowongan bawah tanah menuju jalur melayang.
Aqsa Aswar dan influencer instagram lain berfoto bersama di dalam rangkaian kereta MRT Jakarta. (instagram/@temanmrtj)
Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin, yang ikut dalam uji coba itu menjelaskan kereta melaju dari kecepatan 30 kilometer per jam menjadi 100 kilo meter per jam. Dengan kecepatan itu, kereta hanya memerlukan waktu sekitar lima menit untuk sampai di setiap stasiun yang masing-masing berjarak satu kilometer.
Di setiap stasiunnya, Ratangga hanya berhenti sekitar 2-3 menit. Kamaluddin mengatakan, saat kereta MRT berhenti terlalu lama di satu stasiun, maka selanjutnya kereta akan menambah kecepatan agar tiba tepat waktu di stasiun selanjutnya. "Itu namanya degradation mode, agar jadwalnya terkejar," kata dia.