TEMPO.CO, Jakarta - Assessment terhadap puluhan anak yang ditangkap saat Aksi 22 Mei akan dilakukan 26 petugas sosial.
Baca: Anak yang Ditangkap Saat Kerusuhan 22 Mei Menangis Mau Lebaran di Rumah
Petugas dari Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani itu terdiri dari 12 orang anggota assessment, 10 orang satuan bakti pekerja sosial dari Dinas Sosial di DKI, tiga psikolog dan dua perawat.
"Sejauh ini anak-anak kooperatif saat diassessment," kata Kepala Balai Handayani, Neneng Hariyani saat ditemui di kantornya, Rabu, 29 Mei 2019.
Ia mengatakan saat ini anak yang dititipkan ke Balai Handayani telah menjalankan rangkaian assesment awal untuk melihat keterlibatan mereka pada aksi 22 Mei. Menurut dia, berdasarkan data assessment awal mereka ikut aksi 22 Mei karena ikut-ikutan. "Karena diajak teman."
Pada saat kejadian anak-anak terlibat Aksi 22 Mei karena di lokasi kerusuhan ada yang memberikan batu. Sehingga mereka ikut melempar batu ke arah petugas yang berjaga.
Menurut dia, tidak semua yang ditangkap polisi adalah pelaku yang melemparkan batu atau melawan petugas. Sebagian dari mereka adalah saksi dan korban yang juga ada di lokasi saat kejadian. "Polisi memang menangkap saja seluruh yang ada di sana. Makanya kami mengassessment untuk mengklasifikasi mereka," ujarnya.
Hasil assessment dari Balai Handayani nantinya akan diberikan kepada polisi untuk bahan mereka mengklasifikasi anak yang ditangkap. "Yang menentukan anak itu korban, saksi atau pelaku polisi dari hasil assessment yang nanti kami berikan."
Ia menjelaskan Balai Handayani masih memerlukan beberapa kali assesment lanjutan untuk memastikan data yang dihasilkan benar-benar akurat terhadap data keterlibatan mereka.
Baca: 52 Anak Terlibat Rusuh 22 Mei, Balai Rehabilitasi: Sebagian Besar Hanya Ikut-ikutan
Sebagian proses assessment anak, kata dia, sudah selesai karena mereka cepat memberikan keterangan tentang keterlibatan mereka dalam Aksi 22 Mei 2019. Namun, ada yang mesti beberapa kali penggalian informasi dari sebagian anak. "Assessment ini tergantung kejujuran mereka. Jika tidak jujur maka prosesnya lama dan perlu tahap assessment lanjutan," ujarnya.