TEMPO.CO, Jakarta -Guru SD Negeri Cilincing 07 Pagi, Jakarta Utara mengeluhkan asap polusi udara hasil pembakaran arang dan peleburan timah yang sampai ke area sekolah. Salawati salah satunya yang merasa terganggu dengan asap pembakaran tersebut.
Dia setiap hari harus melewati kawasan pembakaran untuk berangkat dan pulang kantor. Menurut Salawati, asap bertebangan di sepanjang Jalan Cakung Darinase pada pagi dan sore hari. Jalan itu merupakan akses dari rumahnya di kawasna Cakung menuju sekolah.
"Kadang kalau asap keluar dan saya lewat, mata saya perih dan berair. Kepala saya jadi nyut-nyut," kata Salawati saat ditemui di SDN Cilincing 07 Pagi, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat, 13 September 2019.
Pusing akibat menghirup asap pembakaran bisa terasa 1-2 jam. Guru agama ini berujar, pusing baru hilang apabila asap tak lagi terhirup. "Napas juga terganggu kayak sedikit sesak," ujar dia.
Tak hanya itu, guru lainnya, Farida Ariani harus menahan perih di matanya ketika asap memasuki areal sekolah. Farida menuturkan biasanya asap bakal tiba di SDN Cilincing 07 Pagi saat upacara atau apel di pagi hari. Anak murid Farida sampai menanyakan apa yang terjadi dengan matanya.
"Anak-anak suka nanya 'bu matanya merah banget'. Itu karena mata tahan perih," ucap dia.
Wali Kota Jakarta Utara Sigit Wijatmoko saat inspeksi ke industri rumahan pembakaran arang dan aluminium di RW 09 Cilincing, Jalan Cakung Drainase, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat, 13 September 2019. Lokasi ini dikeluhkan sebabkan polusi udara. TEMPO/Lani Diana
Wakil Kepala Sekolah SDN Cilincing 07 Pagi, Rohyati Farunasari, membenarkan asap pembakaran yang sudah bertahun-tahun hinggap di kawasan sekolah. Bahkan, menurut dia, salah satu guru didiagnosis pneumonia akut diduga karena menghirup asap tersebut.
Asap pembakarannya menusuk hidung. Baunya kerap tercium di pagi hari hingga membuat sesak. "Kalau (asapnya) terbang kayak semen, abu2 gitu, sangat mengganggu," tutur dia. "Untung area ini banyak pohon. Itu saja yang menolong."
Dari pantauan Tempo, lokasi pembakaran arang yang menjadi salah satu sumber polusi udara itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari sekolah. Informasi dari warga setempat, 22 lapak pembakaran arang dan peleburan timah berdiri di kawasan ini. Kiri dan kanan lapak berdiri rumah-rumah warga.