TEMPO.CO, Jakarta - Putra pertama BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie, mengatakan tahlilan yang digelar selama 40 hari untuk mendoakan mendiang Presiden ke-3 RI itu terbuka untuk publik. "Kami sifatnya seperti 'open house', undangannya umum," kata dia seusai tahlilan pada hari kedua di rumah duka Patra Kuningan 13, Jakarta, Jumat.
Namun, kata dia, memang ada keterbatasan tempat untuk menampung publik yang ingin ikut mendoakan bersama-sama Presiden BJ Habibie di rumah duka. "Ya mungkin kami tidak bisa mengakomodasi semuanya, karena ini juga bukan Gelora Bung Karno, ada batasnya," kata dia sambil tersenyum.
Menggelar tahlilan selama 40 hari berturut-turut pernah dilakukan Habibie saat istrinya meninggal pada 2010. Ilham mengatakan kalau anak-anaknya kini melanjutkan tradisi itu untuk sang ayah. "Sembilan tahun yang lalu waktu ibu seperti itu," kata dia.
Selama dua hari tahlilan, Ilham mengatakan banyak tokoh datang ikut berbelasungkawa. Namun, dirinya tidak bisa menghapalkan satu per satu tokoh-tokoh tersebut. Pada malam kedua, salah satu tokoh yang hadir, yakni Akbar Tanjung.
Presiden ke-3 RI BJ Habibie wafat pada usia 83 tahun pada Rabu 11 September. Duka terbukti bukan hanya milik keluarga, tapi masyarakat luas. Dia antaranya adalah Yati (54), warga Condet, Jakarta Timur.
Dia mengungkap kekagumannya terhadap Bapak Teknologi dan Demokrasi Indonesia itu. Termasuk keberaniannya demi berada dekat Habibie saat pemakaman Ainun Habibie sembilan tahun lalu dan masuk rumah di Patra Kuningan untuk takziyah beberapa hari lalu
"Saya beri nama cucu saya Muhammad Habibie, usianya sekarang enam tahun," katanya saat ditemui di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Kamis 12 September 2019.