TEMPO.CO, Jakarta - Terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di Cengkareng, Jakarta Barat, Taufik Hidayat, diamati keluarganya berubah perilaku sejak dua tahun lalu. Saat itu, keluarga menyebut Taufik bergabung dalam sebuah perkumpulan dan sibuk mencatat rangkuman buku tebal tentang Imam Mahdi.
"Ada yang aneh dia baca gituan jadi melawan orang tua. Dulu waktu ada emaknya enggak gitu," kata Hilmy Salim, adik Taufik, saat ditemui di rumahnya, RT/RW 1/5 di Jalan Bambu Larangan, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu 12 Oktober 2019.
Menurut Hilmy, si sulung memang dekat dengan ibunda. Sejak sang ibunda meninggal tiga tahun lalu, Hilmy menceritakan, Taufik mulai bergabung dengan perkumpulan dan merangkum catatan itu. Hilmy tak mengetahui rinci apa yang didiskusikan dalam perkumpulan tersebut, apalagi tujuan Taufik merangkum catatan Imam Mahdi.
Menurut laki-laki 17 tahun ini, Taufik pendiam dan jarang bercerita dengan anggota keluarga yang lain. Hilmy sendiri hanya tahu Taufik rajin pergi ke Bekasi seminggu sekali. "Enggak tahu ngapain. Saya sudah nanya, katanya main aja sama temen nongkrong," ujar Hilmy.
Hilmy melanjutkan, perlakuan Taufik ke keluarga pun berubah. Dia kerap tak mendengarkan nasihat sang ayah. Bahkan, Taufik mengabaikan perkataan ayahnya untuk menyingkirkan bendera, topi, dan ikat kepala ISIS yang telah disimpan sejak 2016.
"Bapak sudah tahu bendera, buku. Sudah dibilangin dari lama suruh buang tapi enggak mau dengar, bandel anaknya keras. Disimpen saja akhirnya ketahuan," ucap Hilmy.
Taufik adalah satu dari 24 terduga teroris yang ditangkap polisi di berbagai daerah selama rentang waktu 23 September-11 Oktober 2019. Polisi kembali ke rumah Taufik pada Jumat 11 Oktober untuk penggeledahan dan mendapati barang-barang yang disebutkan Hilmy itu. Selain itu ikut disita sebuah pisau lipat dalam tas selempang.
Polisi menduga, pemuda 20 tahun itu terlibat dalam kelompok yang mendukung ISIS atau Jamaah Ansharud Daulah (JAD). Tak hanya itu, Taufik juga diduga mengetahui rencana aksi amaliyah atau serangan teror kelompok JAD Bekasi pimpinan Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba.
Pasangan suami istri tersangka pelaku penyerangan terhadap Menteri Kooordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto di Pandeglang, Banten, pada 10 Oktober lalu adalah anggota kelompok yang sama.