TEMPO.CO, Jakarta - Camat Bojonggede Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Dace Hatomi mengaku keberatan atas viralnya istilah 'Teror Ular Kobra' di salah salah satu perumahan yang ada di wilayahnya, lantaran ditemukannya puluhan anak ular kobra sejak satu pekan lalu.
"Jangan bilang teror, kita harus berfikir positif. Habitat mereka terganggu, jangankan hewan, saya aja misalkan di Jakarta kalau habitat saya diganggu saya pindah ke Bogor," ujar Dace saat diwawancarai di komplek Pemda, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jumat petang.13 Desember 2019.
Menurutnya, puluhan ular kobra itu merasa tak nyaman di habitatnya, sehingga memilih pindah ke permukiman. Ia mengatakan, permukiman yang kini banyak ditemukan ular pun tergolong kumuh.
"Di perumahan itu banyak genteng yang berserakan, mungkin saja kan bisa berhabitat di situ, itu juga kan sarang ular, lokasinya di situ itu kumuh lihat saja deh," tutur Dace.
Perumahan Royal Citayam Residence yang diteror kemunculan puluhan anak ular kobra selama beberapa hari belakangan, Senin 9 Desember 2019. TEMPO/M.A MURTADHO
Ia menerangkan bahwa sebelum dibangun menjadi perumahan, kawasan di Desa Ragajaya itu merupakan semak belukar. Menurutnya, hal tersebut juga tak menutup kemungkinan penyebab salah satu faktor bermunculannya anak ular kobra.
Selama ini, warga dibantu oleh petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Bogor dan komunitas reptil untuk menangkap puluhan anak ular kobra yang membuat resah masyarakat.
"Kita memfasilitasi untuk meminta bantuan ke Damkar dan Komunitas Reptil. Terus terang kalau dari kantor kecamatan sendiri tidak ada petugas khusus teknis yang menangani itu (ular kobra). Tidak ada," kata Dace lagi.
ANTARA