TEMPO.CO, Jakarta - DKI Jakarta menduduki posisi ke-10 kota termacet di dunia pada 2019 berdasarkan indeks Lalu Lintas TomTom yang diunggah dalam situs tomtom.com. Meskipun peringkat itu membaik dari tahun sebelumnya, TomTom mencatat terdapat kenaikan perlambatan lalu lintas sebesar 53 persen.
Pada 2018, DKI Jakarta menududuki posisi ketujuh kota termacet di dunia. Meski begitu, perlambatan lalu lintas akibat kemacetan di ibukota stagnan di level 53 persen sejak tahun 2018. Hal tersebut menunjukkan belum ada perbaikan dalam tingkat kemacetan di Jakarta.
Tingkat kemacetan di kota-kota lain meningkat. Hal itu yang menyebabkan peringkat kemacetan di Jakarta Berubah. Misalnya, Istanbul yang berada di posisi ke 9 mengalami peningkatan kemacetan 2 persen atau Bogota di posisi ke-3 mengalami peningkatan 5 persen.
TomTom Traffic Index adalah lembaga pengukur tingkat kemacetan kota-kota di dunia. Lembaga ini mengukur tingkat kemacetan menggunakan data Global Positioning System (GPS) anonim yang dikumpulkan melalui perangkat navigasi sistem dasbor dan smartphone.
Masih berdasarkan data yang dipaparkan dalam laman TomTom, tahun 2019 Jakarta mengalami kemacetan terparah pada Rabu, 6 Maret dengan tingkat kemacetan mencapai 91 persen. Sedangkan tingkat kemacetan terendah terjadi pada Selasa, 4 Juni 2019.
TomTom juga mencatat tingkat kemacetan tertinggi di Jakarta terjadi pada malam hari saat jam pulang kerja. Pengemudi membutuhkan waktu ekstra selama 26 menit untuk sampai ke tujuan. Sementara pagi hari, waktu tambahan yang dibutuhkan sekitar 19 menit.
Dengan peringkat 10, kemacetan di Jakarta masih lebih baik ketimbang beberapa kota seperti Mumbai, Bogota, dan Manila. Adapun kota termacet di dunia menurut TomTom adalah Bengaluru dengan tingkat perlambatan lalu lintas karena macet sebesar 71 persen.