TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan status pembatasan sosial berskala besar atau PSBB Jakarta sejak 10 April 2020. Lima hari berjalan, sejumlah peristiwa terjadi di ibu kota negara.
Berikut sejumlah peristiwa yang terjadi selama penerapan PSBB di DKI Jakarta hingga hari kelima yang dihimpun Tempo.
Dualisme aturan ojek online
Seiring penerapan PSBB Jakarta, operator ojek online seperti GoJek dan Grab memutuskan menghapuskan sementara jasa layanan antarpenumpang. Di aplikasi, opsi layanan antar motor hilang dan sempat menjadi pertanyaan.
Namun layanan antar menggunakan mobil tetap ada. Penerapannya pun hanya dibatasi untuk mengangkut maksimal dua penumpang saja dalam sekali jalan. Hal ini menyesuaikan dengan protokol yang disusun oleh Kementerian Kesehatan.
Adapun di segmen layanan antar motor dipusatkan di jasa antar barang dan makanan. Kebijakan ini sempat menuai kebingungan saat Kementerian Perhubungan mengeluarkan aturan yang membolehkan ojek online tetap beroperasi dengan membawa penumpang.
Belakangan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, Doni Monardo, menegaskan layanan antar penumpang motor bisa tetap berjalan hingga bantuan sosial dari pemerintah mulai berjalan. Program jaring pengaman sosial tersebut rencananya mulai bergulir mulai pekan ini.
Jalanan Jakarta semakin sepi
Sebelum penerapan PSBB, jalanan di DKI Jakarta memang sudah mulai menunjukkan penurunan volume. Sebab, kebanyakan kantor telah menerapkan sistem work from home atau bekerja di rumah.
Namun semenjak PSBB Jakarta bergulir, jalanan di Jakarta semakin sepi. Pembatasan arus lalu lintas masuk dan keluar Jakarta membuat jalan-jalan utama seperti Gatot Subroto, TB Simatupang, hingga Sudirman nampak lengang.
Suasana lengang di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat, 10 April 2020. Pada Jumat 10 April 2020 merupakan hari pertama pemberlakuan Pembatasan Sosial Bersekala Besar untuk DKI Jakarta sampai dengan 23 April mendatang. Tempo/Tony Hartawan
Pengguna MRT turun hingga 90 persen
Di hari pertama penerapan PSBB Jakarta, pengguna MRT Jakarta turun hingga hingga 90 persen. Dilansir dari website resmi MRT, pada hari pertama PSBB tercatat hanya 1.404 orang yang menggunakan layanan kereta bawah tanah pertama di Indonesia tersebut. Satu hari sebelumnya ada 7.158 orang pengguna MRT.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, mengapresiasi kepada masyarakat yang telah ikut serta mendukung upaya pencegahan penyebaran COVID-19. “Harapannya jumlah pengguna jasa MRT Jakarta akan terus menurun selama PSBB DKI Jakarta diterapkan. Kami berharap MRT Jakarta digunakan hanya untuk hal mendesak saja,” ungkap William.
Pengguna KRL masih tinggi
Bertolak belakang dengan MRT, penumpang kereta rel listrik atau KRL justru masih menunjukkan minat tinggi. Hal ini nampak pada penumpukan penumpang pada hari ketiga PSBB Jakarta, yakni Senin, 13 April 2020.
Beberapa stasiun KRL yang terpantau padat adalah Stasiun Bogor, Cilebut, Bojonggede, Citayam, dan Depok. Aturan kapasitas penumpang, maksimal 60 orang dalam satu gerbong, pun tak berjalan. Para penumpang kereta masih berdesakan di dalam gerbong meski kebanyakan mengenakan masker.
EGI ADYATAMA