TEMPO.CO, Jakarta - Dalam sepekan ini terdapat beberapa peristiwa kriminal dalam berbagai bentuk. Mulai dari Polda Metro Jaya yang menyimpulkan sebab kematian editor Metro TV, Yodi Prabowo karena bunuh diri hingga pelemparan bom molotov terhadap rumah dua kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP di Bogor, Jawa Barat. Juga ada insiden hubungan intim di kamar hotel yang menjadi tontonan masyarakat sampai kasus terbaru Ahok melaporkan penghina keluarganya kepada Polda Metro Jaya.
Berikut daftar berita terpopuler di kanal Metro selengkapnya selama sepekan terakhir:
--Ayah Yodi Pertanyakan Kesimpulan Polisi Soal Penyebab Kematian Anaknya
Polda Metro Jaya menyimpulkan kematian editor Metro TV Yodi Prabowo disebabkan karena bunuh diri menggunakan pisau yang ditemukan di sekitar jasad lelaki yang jasadnya ditemukan di pinggir Tol JORR di Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada Jumat, 10 Juli 2020 itu.
"Enggak ada pemberitahuan hasil pemeriksaan ponsel anak saya kepada keluarga, hasil otopsinya saja saya tidak tahu," kata ayah Yodi, Suwandi saat dihubungi, Selasa, 28 Juli 2020.
Di tempat penemuan jenazah anaknya, ia tak melihat darah di baju anaknya. "Enggak mungkin bajunya enggak berlumuran darah, itu yang menguatkan saya kalau dia bukan bunuh diri.”
Saat ditemukan pun Yodi Prabowo tidak berseragam. Padahal biasanya, kata Suwandi, kalau pulang kerja anaknya lelaki 26 tahun itu selalu berseragam.
--Sejoli Terciduk Berhubungan Intim di Hotel Kembangan
Dua sejoli penghuni kamar 607 Hotel RedDoorz di seberang Jalan Kembangan Raya, Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat jadi tontonan warga karena berhubungan intim dengan tidak menutup tirai jendela Kamis malam dan Jumat siang, 24 Juli lalu.
Kepada Tempo, petugas yang berjaga di halaman hotel, Ahmad Ri'fai, mengatakan pengelola Hotel RedDoorz menolak berkomentar. "Pimpinan enggak ada."
Menurut Ahmad, adegan panas itu kelalaian tamu lupa menutup jendela. Ia meminta masalah itu ditanyakan langsung kepada Kepolisian Sektor Kembangan. "Mereka mengaku khilaf, lupa tutup gorden."
--Pelemparan Bom Molotov ke Rumah Kader PDIP di Bogor
Dalam dua hari, 28 dan 29 Juli 2020, dua rumah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di daerah, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dilempari bom molotov. Pertama adalah rumah kader PDIP, Rosenfield Panjaitan, sekaligus kantor sekretariat Pimpinan Anak Cabang PDIP Megamendung. Kedua, terjadi di rumah anggota Fraksi PDIP dan juga Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor, Muad Khalim. Penyerangan itu terjadi dini hari.
Penyerangan terjadi setelah partai banteng moncong putih memperingati peristiwa Kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli). Melalui rilis resmi Sekretaris Jendralnya, Hasto Kristiyanto, menyebut penyerangan itu sebagai tindakan pengecut dan bentuk serangan terhadap demokrasi, kemanusiaan, dan tatanan kehidupan masyarakat yang ingin ketenteraman. PDIP mengutuk keras penyerangan itu dan meminta polisi segera mengusutnya.
--Ahok Laporkan Penghinanya ke Polda Metro Jaya
Dua anggota kelompok penggemar mantan istri Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Veronica Lovers, berurusan dengan polisi. Dua perempuan berinisial AS, 67 tahun dan EJ, 47 tahun menjadi tersangka penghinaan terhadap Ahok dan keluarganya. Kelompok ini penggemar Veronica Tan.
Kedua tersangka mengaku bersimpati terhadap Veronica yang diceraikan oleh suaminya. AS dan EJ menuliskan pesan penghinaan terhadap Ahok dan keluarganya dalam akun instagram resmi Ahok beberapa waktu lalu. "Kelompok itu memiliki grup di aplikasi percakapan WhatsApp dan Telegram," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus kemarin. Menurut Yusri, salah satu hinaan itu adalah menyandingkan foto Ahok, istri, dan anaknya dengan gambar hewan serta kata cacian.
--Viral Pria Berjaket Logo PKI
R Saepudin, Ketua Rukun Tetangga pria yang viral di sosial media berjaket dengan logo palu arit, mengatakan pria itu betul warganya dan mengalami gangguan jiwa.
Sebelum terganggu jiwanya, lelaki bernama Raden Supriyadi itu aktif dalam kegiatan sosial dan suka membantu tetangganya yang memerlukan bantuannya. "Dulu mah aktif, (jiwa) sosialnya tinggi. Orang meninggal atau hajatan pun dibantu sama dia," kata Saepudin kepada Tempo di kediamannya, Senin 27 Juli 2020.
Sejak Supriyadi mengalami gangguan jiwa, banyak hal aneh yang dilakukan Supriyadi dan bahkan bertentangan dengan norma adat dan agama. Samsudin, orang tua Supriyadi, menyebut bahwa si anak mungkin terinspirasi dari film yang sering dia tonton, yaitu film pemberontakan G30/S PKI. "Tapi dia bukan komunis atau PKI. Dia bilang PKI itu singkatan dari Perkebunan Karet Indonesia," kata Samsudin.
ADAM PRIREZA | M JULNIS FIRMANSYAH | IHSAN RELIUBUN | MA MURTADHO