TEMPO.CO, Jakarta - Penumpang Kereta Rel Listrik atau KRL pada Senin pagi ini terpantau ramai. Bahkan seorang warganet mengunggah foto penuhnya salah satu gerbong KRL. "Apa fungsinya saya antri 1 jam untuk masuk peron kalo hasilnya begini juga? Efektif kah?" tulis seorang dengan akun @Seftyan_R12 pada Senin, 23 November 2020.
PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) sebelumnya mengimbau masyarakat menggunakan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek di luar jam sibuk. Hal ini mengingat jumlah penumpang bulan ini yang tercatat naik ketimbang Oktober 2020.
"Untuk menghindari kepadatan, KAI Commuter menyarankan pengguna bepergian di luar jam sibuk," kata Vice President Corporate Communications KAI Commuter Anne Purba dalam keterangan tertulisnya, Minggu sore, 22 November 2020.
KAI Commuter mencatat terdapat 7,2 juta penumpang kereta sepanjang 1-19 November 2020. Angka ini meningkat 22 persen dibandingkan periode yang sama bulan lalu. Menurut Anne, rata-rata penumpang mencapai 400 ribu orang pada hari kerja.
Alternatif lain untuk menghindari kepadatan di stasiun, yakni calon penumpang merencanakan perjalanannya sebelum berangkat ke stasiun. Anne menjelaskan, penumpang dapat mengakses aplikasi KRL Access yang memuat informasi bagaimana kondisi kepadatan di stasiun.
Informasi tersebut, lanjut dia, bakal diperbarui setiap lima menit. Selain itu, KRL Access juga menyediakan fitur informasi posisi terkini atau real time kereta. Alhasil, calon penumpang dapat mengetahui posisi kereta yang dibidiknya.
"Dengan mengakses berbagai informasi yang ada, pengguna bisa membuat rencana perjalanan dan keputusan yang lebih aman dan tidak berisiko menemui kepadatan di stasiun maupun di dalam kereta," jelas dia.
Anne berujar seluruh protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dan aturan tambahan penggunaan KRL Jabodetabek tetap berlaku. Sebanyak 997 kereta beroperasi pukul 04.00-24.00 WIB. Tingginya jumlah penumpang masih terdata pada 05.00-08.00 dan 16.00-20.00 WIB.
Anne lewat unggahannya di akun Twitter-nya meminta masyarakat untuk tak terfokus pada jam tertentu saat menjalankan aktivitasnya. "Shifting perlu diterapkan agar kita tetap bisa bekerjasama menjalankan protokol," tulis Anne.