"Kami masih wait and see (menunggu dan melihat)," kata Humas Blue Bird Group, Teguh Wijayanto, ketika dihubungi melalui telepon, Rabu (17/12). Teguh menyatakan, tarif kendaraan umum nonekonomi, walau mekanismenya diserahkan ke pasar, namun masih ada kontrol dari pemerintah.
"Kami tunggu keputusan Organda," ujar dia. Penurunan harga premium, kata Teguh, belum berpengaruh bagi keuangan perusahaan. "Selama ini yang untung justru pengemudi," katanya.
Teguh menjelaskan, penurunaan harga premium secara kasar belum ideal dibandingkan dengan kenaikan harga premium sebelumnya dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter. Kala itu harga premium naik 28 persen, sedang kenaikan tarif taksi yang disetujui cuma 20 persen. "Dampaknya belum terasa," ucap Teguh
Sebelumnya Blue Bird Group menerapkan tarif bawah, yakni buka pintu Rp 5.000 dan tarif jalan per kilometer Rp 2.500. Kenaikan itu disebabkan karena kenaikan harga premium. Bahan bakarmerupakan komponen 30 persen dari total biaya produksi.
MUHAMMAD NUR ROCHMI