TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, temuan penyebab kecelakaan bus Transjakarta pada 25 Oktober lalu bisa menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi. Hasil penyelidikan Polda Metro Jaya mengungkap sopir bus Transjakarta mengalami serangan epilepsi saat kecelakaan terjadi.
“Kami akan evaluasi dari PT Transjakarta dan memastikan supaya tidak terulang lagi,” kata Riza Patria di Balai Kota, Rabu, 3 November 2021.
Wagub DKI itu mengatakan kecelakaan yang menewaskan dua orang itu bisa dijadikan pelajaran bagi pihak PT Transjakarta agar bisa lebih memperhatikan proses seleksi sopir bus. Riza Patria mengatakan sopir bus Transjakarta perlu konsentrasi tinggi saat menjalani tugasnya.
Untuk mencegah tabrakan maut ini terulang, dia mengatakan perlu ada satu regulasi yang memastikan kesehatan dan keselamatan pengemudi dan penumpang bus Transjakarta. Terlebih pengemudi bus, karena sopir bus Transjakarta berbeda dengan bus lain.
“Karena jalurnya lurus, kemudian terbatas ruang geraknya, dan dikasih pembatas kiri dan kanan. Memang kalau jalan di busway beda dengan di jalan raya karena lebih cepat capek dan bosan,” ujar Riza.
Sebelumnya, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo mengatakan sopir bus Transjakarta bernomor lambung B-240 yang berinisial J diduga terkena serangan epilepsi hingga kehilangan kesadaran. J meninggal dalam kecelakaan itu karena luka pada bagian kepala dan terjepit badan bus yang ringsek.
Hal itu, kata dia, diperkirakan menjadi penyebab kecelakaan yang melibatkan bus Transjakarta yang dikendarai oleh J dengan bus bernomor lambung BMP-211 di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, pada Senin, 25 Oktober lalu. "Kehilangan kesadaran diduga serangan epilepsi mendadak," ujar Sambodo di Gedung Sub-Direktorat Penegakan Hukum Polda Metro Jaya, Pancoran, Jakarta Selatan, pada Rabu, 3 November 2021.
SYIFA INDRIANI | TD
Baca juga: Polisi Tetapkan Sopir Transjakarta Sebagai Tersangka