TEMPO.CO, Bogor - Kasus mafia tanah yang memangsa lahan milik keluarga Ajun Komisaris Besar Moch Made Rumiasa di wilayah Cimanggis, Kabupaten Bogor, diduga melibatkan pegawai di Badan Pertanahan Nasional atau BPN Kabupaten Bogor berinisial YT, yang merupakan salah satu staf kepala Kantor BPN.
Menurut korban, Dhewi Rasmani, dugaan keterlibatan anggota BPN Kabupaten Bogor berinisial YT itu diketahui dari hasil gambar plotting-an (verifikasi keaslian sertifikat tanah dengan teknologi GPS) lahan yang direkomendasikan oleh Kantor Perwakilan BPN Jawa Barat. Dhewi menyebut dari hasil verifikasi ini ada dua gambar, satu gambar penuh termasuk lahan miliknya dan satunya lagi ada bagian yang dihapus
Menurut Dhewi, berdasarkan kesaksian pegawai BPN gambar yang benar adalah yang pertama, yang direkomendasikan Kanwil Jawa Barat. "Namun karena lahan kami disikat mafia, oknum BPN itu membuat gambar ke dua yang gak ada gambar peta lahan kami. Dipotong sama dia,” ucap Dhewi kepada wartawan di Bogor, Senin 22 November 2021.
Dhewi menuding pegawai BPN itu membantu terduga mafia tanah yang saat ini sedang disidang di PN Depok.
Saat dikonfirmasi, YT membantahnya. Menurut dia, pemotongan gambar peta tanah bukan kewenangannya sehingga tidak mungkin dilakukan. Bantahan ini sekaligus menampik pengakuan anak buahnya dalam sebuah video yang menyebut YT lah yang memotong gambar plotting-an.
Dalam video itu anak buah YT menyodorkan gambar hasil plotting-an yang sesuai dengan sertifikat aslinya yaitu sertipikat no.4477/Cimanggis dahulu nomor 149 dengan NIB.07617 terbit 1978 atas nama Yusda.
"Pertama saya tidak kenal dengan Dhewi Rasmani, terus saya juga tidak tahu perihal kasus lahan ini,” ucap YT saat dikonfirmasi di kantornya, Cibinong. Senin, 22 November 2021.
Dhewi juga menuduh pembegalan lahan keluarganya itu turut melibatkan kepala desa Cimanggis. Ia menduga Kades Cimanggis membuat surat palsu tidak sengketa dan menunjukan persil lahan miliknya bukan di area yang dipersengketakan saat ini. TEMPO coba mengkonfirmasi namun belum mendapat respon dari kepala desa.
M.A MURTADHO
Baca juga: