Demi Mengubah Citra Penjara
Kepala Lapas Kelas II Pemuda Tangerang Kadek Anton Budiarta mengatakan kampus di dalam Lapas ini dibuka tahun 2019 lalu, bekerjasama dengan universitas dan pendidikan tinggi di Tangerang.
"Kampus ini dinamakan Kampus Kehidupan, pada Oktober 2022 tahun ini akan menggelar wisuda perdana meluluskan 33 sarjana dengan berbagai jurusan,"kata Kadek.
Di Kampus Kehidupan ini ada empat fakultas yaitu Fakultas Hukum, Pendidikan Agama Islam, Teologi, dan Pendidikan Agama Budha dengan program sarjana (strata satu).
Kadek mengungkapkan, Kampus Kehidupan merupakan salah satu fasilitas dan upaya lembaga pemasyarakatan dalam mengubah persepsi penjara yang kelam dan negatif. "Karena tidak mudah mengubah kesan penjara dengan masalah yang kompleksitas," ujarnya.
Kepala Lapas Pemuda Kelas 2A Tangerang, Kadek Anton Budiarta. TEMPO/Joniansyah Hardjono
Apalagi, kata Kadek, penghuni Lapas peninggalan Belanda yang beroperasi sejak 1924 itu kini dihuni 3.175 narapidana. "Ini jauh melampaui kapasitas 1.200 orang, sebanyak sudah overload," ucapnya.
Selain overkapasitas, permasalahan dalam Lapas adalah terbatasnya sumber daya manusia, anggaran dan fasilitas penunjang. "Dengan keterbatasan SDM, 206 pegawai kami dibagi menjadi bagian administrasi dan pengamanan. Pengamanan dibagi 4 regu dengan jumlah 15 orang per shift dan harus menghadapi 3 ribu lebih narapidana. Perbandingannya 2 orang petugas menjaga 2 ribu orang," kata Kadek.
Untuk itu, kata dia, Lapas Pemuda melakukan penguatan internal dan menggandeng berbagai mitra dalam mengatasi masalah dalam penjara yang sangat kompleks. "Komitmen harus sama. Semangat dan konsistensinya harus sama," kata Kadek.
Lapas Pemuda akhirnya menggandeng pemerintah daerah, penegak hukum, berbagai lembaga pendidikan dan keagamaan untuk mengubah kesan negatif penjara. "Kami melakukan perubahan pola pelayanan, warga binaan dan masyarakat. Meningkatkan kualitas, kesehatan, makanan, pembinaan agama, pendidikan dengan menggandeng mitra kerja," kata Kadek.
Saat ini, Lapas Pemuda Tangerang menjadi pusat pendidikan formal maupun non formal. Selain kuliah, para narapidana bisa mengenyam pendidikan melalui kejar Paket A, B, dan C, kursus bahasa inggris hingga baca tulis Alquran. "Kami juga menggandeng sejumlah pengasuh pondok pesantren,"kata Kadek.
JONIANSYAH HARDJONO
Baca juga: Peristiwa Kebakaran Lapas Tangerang Diadukan ke Pelapor Khusus PBB