Yogi menunjuk bekas bangunan di belakang tempat parkir. "Ini rumah Kifli, dia meninggal di sini," ujar Yogi, menunjuk reruntuhan bangunan. Di atas puing yang ambruk, satu dua pria berdatangan. Mereka mencakar panggalan dinding dan atap. Tak ada yang ditemukan, kecuali ampas badan rumah.
Yogi dan Hardiansya, adalah dua dari sekian saksi mata yang mencoba menerobos pusat ledakan. Tapi api begitu berkuasa di atas kaki dan tangan dua pria Tanah Merah itu. Hardiansya sendiri berhasil menyelamatkan dua orang. Tubuh mereka tersobek api dan terkapar di aspal.
"Sekujur badan udah putih semua. Baju udah robek, udah telanjang. Dia tergeletak di aspal, kakinya begini, sambil manggil-manggil gini, cuma enggak ada suaranya," kata Hardiansya, mengingat lagi seorang perempuan, yang baru diselamatkan dengan kaki terlipat karena terlilit kabel.
Di sudut lain, ia menemukan seorang pria. Tubuh lelaki itu rusak terbakar. Hardiansya langsung mengangkat lelaki itu. Menurut dia, dua korban yang ditolong punya luka di badan, 80 persen terbakar api.
Dia menuturkan, paling menakutkan bukan saja api yang tumpah di atas rumah warga. Tapi bau bahan bakar minyak dan gas menyengat membuat orang panik. "Dari asap dulu orang mulai keluar. Pas meledak semua berhamburan kayak semut," ujar dia.
Yang mengerikan bukan apinya, tapi bau bensinya...