TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Perhubungan atau Dishub DKI Jakarta, Syafrin Liputo mengatakan tidak ada penambahan insentif untuk pengadaan 100 unit bus listrik Transjakarta karena akan dikompensasikan ke biaya per kilometer dan masa kontrak.
“Memang secara harga investasi bus listrik lebih mahal dari bus konvensional (mengkonsumsi BBM) dalam hal ini, tetapi itu dikompensasi dengan panjang kontrak,” kata dia saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Selasa, 13 Juni 2023.
Syafrin menjelaskan bus konvensional memiliki panjang kontrak lima tahun dan dapat diperpanjang sampai dengan tujuh tahun, maka panjang kontrak untuk bus listrik menjadi 10 tahun.
“Sehingga ini terdistribusi normal dan kalau pun ada penambahan biaya PSO (public service obligation) itu paling tinggi 30 persen untuk rupiah per kilometernya,” ujarnya.
Sebelumnya, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) menyebut biaya pengadaan bus listrik lebih mahal ketimbang bus berbahan bakar fosil. Direktur Utama PT Transjakarta, Welfizon Yuza menyebut pihaknya perlu mengucurkan biaya 30 persen lebih mahal untuk membeli bus listrik.
"Biaya investasi bus listrik saat ini kan masih cukup besar. Saat ini, kami bayar (pengadaan) bus listrik lebih kurang 30 persen lebih mahal dibandingkan solar," ujar dia dalam rapat di Komisi B DPRD DKI Jakarta pada Rabu, 7 Juni 2023.
Baca juga: Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Khusus Karyawan? Ini Penjelasan Anak Buah Heru Budi
Transjakarta minta insentif ke DKI Jakarta
Biaya pengadaan bus listrik ini, kata Welfizon, membebani keuangan Transjakarta dan operator swasta. Oleh sebab itu, PT Transjakarta meminta insentif lebih dari Pemprov DKI Jakarta.
Tujuannya agar PT Transjakarta bisa lebih memaksimalkan penggunaan bus listrik di Jakarta. "Kami mencoba mencari alternatif karena harusnya insentif-insentif ini kan semua instansi dan lembaga juga memberikan dukungan, seperti misalnya mengenai PPn dan segala macam yang sedang dibahas," kata Welfizon.
Namun demikian, Kepala Dishub DKI itu menegaskan prinsip pembiayaan dari pengadaan bus listrik ini adalah kontraknya.
“Capaian maksimum kilometer per bus untuk jangka waktu 10 tahun. Itu sudah dihitung. Jadi satu bus satu tahun rata-rata per hari dia melayani sekian kilometer itu yang nanti akan dihitung,” katanya.
Pilihan Editor: Kapan Bus Transjakarta Berbahan Bakar Minyak Dikonversi ke Listrik?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.