TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta belum bisa membeberkan hasil uji emisi yang telah dilakukan selama ini apakah berdampak terhadap perbaikan kualitas udara Jakarta. Sebab, polusi udara yang berujung pada buruknya kualitas udara terjadi bukan hanya karena gas buangan kendaraan.
“Kalau bicara polusi udara, kan, memang tidak terlepas dari bermacam hal,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI, Asep Kusawanto saat ditemui di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu, 17 Juni 2023.
Musim kemarau, kata dia, turut menyebabkan buruknya kualitas udara Jakarta. “Jadi, biasanya dari Juni-September saat musim kemarau pasti udara Jakarta buruk,” ujarnya.
Menurut dia, cuaca yang panas terik dan kering ditambah dengan gas buangan dari kendaraan menyebabkan kualitas udara menjadi buruk lantaran meningkatnya polusi.
“Karena memang tidak ada hujan, panas terik, kemudian transportasi juga, kan, tetap banyak kemudian sektor industri yang masih menyumbang polusi,” kata anak buah Heru Budi itu.
Tidak hanya itu, Asep mengatakan di Juni-Desember biasanya kondisi di ibu kota sedang sibuk. Mengingat, adanya berbagai proyek pembangunan di Jakarta.
“Faktor-faktor itu memang menyebabkan kondisi udara di Jakarta semakin memburuk dan itu harus menjadi perhatian warga DKI,” ucapnya.
Sore ini, Sabtu, 17 Juni 2023 pukul 15.52 WIB, IQAir mencatat kualitas udara Jakarta tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan AQI US 105. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 7.4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.
Sebelumnya, Kualitas udara Jakarta berdasarkan data IQAir menduduki posisi ketiga sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Kamis, 15 Juni 2023, pukul 13.15 WIB
Kualitas udara di Jakarta mencapai AQI US 141 atau berada di posisi ketiga udara terburuk setelah Minneapolis, Amerika Serikat yang berada di urutan pertama dengan AQI US 191 dan Doha, Qatar di urutan kedua dengan AQI US 149.
Pilihan Editor: Atasi Buruknya Kualitas Udara Jakarta, DKI Perketat Upaya Pengurangan Sumber Polusi