TEMPO.CO, Jakarta - Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pusat belanja grosir terbesar di Jakarta. Belakangan ini, pasar yang terletak di kawasan Jakarta Pusat tersebut kembali jadi sorotan terutama pada pasar Blok G yang kondisinya tidak terurus dan sepi. Bahkan, kondisi tersebut diperparah dengan menyebarnya kabar jika Blok G disalahgunakan untuk tempat berkumpulnya preman dan pengguna narkoba.
Menanggapi hal tersebut, Pasar Jaya bersama kepolisian telah menyisir area Blok G namun menyatakan tidak menemukan indikasi tindak pidana di pasar tersebut. Manajer Hubungan Masyarakat Perumda Pasar Jaya, Agus Lamun, menambahkan jika informasi penyalahgunaan tempat tersebut juga belum 100 persen kebenarannya.
“Kadang-kadang cuma praduga. Cuma praduga ini ya kami khawatirkan,” ujar Agus kepada Tempo, Minggu 9 Juli 2023.
Lantas, bagaimana sebenarnya sejarah Pasar Tanah Abang ini? Simak informasi selengkapnya berikut ini.
Sejarah Berdirinya Pasar Tanah Abang
Pasar Tanah Abang pertama kali didirikan oleh Yustinus Vinck pada 1735. Dia merupakan sosok pejabat VOC yang dikenal sebagai pendiri pusat perbelanjaan tersebut setelah mendapat izin dari Gubernur Belanda saat itu, Jenderal Abraham Patramini. Pada awalnya, pasar tersebut dikenal dengan nama Pasar Sabtu karena pedagang hanya diizinkan berjualan pada hari Sabtu.
Pusat perbelanjaan ini awalnya dibangun dengan sederhana dan beratap rumbia dengan dinding dari anyaman bambu. Saat itu, pasar ini hanya memberikan izin untuk berdagang tekstil dan barang kelontong. Meski begitu, kehadiran pasar ini berhasil memberi dampak yang cukup besar untuk membangun peradaban di sekitarnya.
Selain dikenal sebagai Pasar Sabtu, pasar ini juga kerap dipanggil dengan sebutan De Nabang oleh orang-orang Belanda. Hal ini karena saat itu banyak pohon nabang atau palem yang tertanam di sekitarnya. Alhasil, saat ini pasar yang terletak di Jakarta Pusat tersebut pun dinamai dan dikenal sebagai Pasar Tanah Abang.
Di sisi lain, dalam buku Tenabang Tempo Doeloe (2017) karya Abdul Chaer, digambarkan jika kawasan tersebut awalnya merupakan tanah yang dikuasai Belanda. Pada 1648, kapitan China bernama Phoa Beng Gam meminta izin kepada VOC untuk membuka lahan di kawasan tersebut dan menjadikannya sebagai kebun. Hal ini jugalah yang membuat beerapa daerah di dekat Tanah Abang namanya diawali dengan kata kebun. Aktivitas perkebunan pun berjalan lancar hingga Vinck akhirnya membangun pasar di kawasan tersebut.
Lima tahun setelah Pasar Tanah Abang pertama kali dibangun, kerusuhan yang dikenal dengan peristiwa ‘geger pecinan’ pun terjadi. Kala itu, terjadi pembantaian etnis Tionghoa oleh pasukan VOC karena perilaku agresif orang Tionghoa pada pos jaga VOC. Hal ini membuat pasar tidak dapat beroperasi untuk waktu yang lama.
Pada 1881, kegiatan perdagangan di Pasar Tanah Abang pun berangsur pulih. Hal ini karena banyak saudagar China dan Arab yang bermukim dan kembali menggunakan kawasan pasar ini untuk perdagangan. Pasar tersebut pun dibuka selama dua hari dalam seminggu, yakni pada Rabu dan Sabtu. Pada awal abad ke-19, pemerintah Batavia pun melakukan perombakan pasar secara permanen dan Pasar Tanah Abang pun aktif beroperasi hingga saat ini.
Kondisi Pasar Tanah Abang Saat Ini
Sebagai salah satu pusat grosir terbesar di Jakarta, Pasar Tanah Abang selalu ramai dikunjungi oleh pada pembeli. Tetapi, hal ini tidak terjadi di Blok G Pasar Tanah Abang. Pasalnya, area tersebut cenderung sepi hingga ditinggalkan oleh para pedagangnya. Padahal pada awalnya, area tersebut menjadi harapan baru bagi para pedagang kaki lima (PKL) yang direlokasi dari badan jalan.
Pada 2013, Joko Widodo atau Jokowi yang kala itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta merenovasi Blok G Pasar Tanah Abang. Para PKL bahkan berebut kios hingga membuat petugas pendaftaran kewalahan. Pada 2 September 2013, area baru tersebut pun diresmikan Jokowi. Baru dua minggu diresmikan, sejumlah pedagang mulai mengeluh karena sepinya pengunjung. Alhasil, berbagai cara pun dilakukan untuk mempromosikan blok ini. Sayangnya, cara-cara tersebut tak membuahkan hasil.
Suasana Blok G Tanah Abang, Jakarta, Senin, 22 Oktober 2018. Blok G Tanah Abang akan direvalitasasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menarik minat masyarakat berbelanja di sana. Revitalisasi itu termasuk program penataan kawasan Tanah Abang tahap dua setelah pembangunan jembatan multiguna atau skybridge rampung. TEMPO/Muhammad Hidayat
Memasuki era kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, upaya pembenahan Blok G pun dilakukan. Saat itu, Ahok berencana untuk revitalisasi Blok G hingga membangun pasar modern superblok dengan rumah susun di lokasi bongkaran Blok G. Tetapi, rencana tersebut tak kunjung terealisasikan dengan alasan belum mendapatkan tempat yang cocok untuk merelokasi pedagang sementara.
Tak sampai disitu, rencana revitalisasi ternyata masih berlanjut di masa Gubernur Anies Baswedan. Namun, lagi-lagi janji revitalisasi tersebut belum kunjung dipenuhi. Pedagang menolak permintaan pemda yang ingin membangun tempat relokasi menghadap ke dalam. Pasalnya, mereka merasa dirugikan jika pasar tidak menghadap ke jalan raya.
Akhirnya, saat ini, keadaan Blok G Pasar Tanah Abang menjadi sorotan karena keadaannya yang tidak terurus dan sangat memprihatinkan. Kios-kios yang awalnya menjadi tempat pedagang menggelar lapak, kini hanya tersisa berbagai tumpukan sampah yang dibuang secara sembarangan. Bahkan, penyalahgunaan pasar pun menjadi isu yang ramai diperbincangkan.
Ada Pedagang Tetap Bertahan Meski Sepi
Meski kondisi Pasar Tanah Abang kini memprihatinkan, namun ada pedagang yang tetap bertahan. Amin, seorang pedagang di Blok G, memilih untuk bertahan. Dia mengaku sudah tak memilki pilihan tempat lain. "Mau cari tempat lagi biaya enggak ada. Umur, tenaga, udah enggak sanggup," kata Amin saat ditemui di kiosnya yang berada di lantai 1 Blok G, Minggu, 9 Juli 2023.
Amin mengaku sudah menjadi pedagang kaki lima di Tanah Abang sejak 1995. Namun, baru 17 tahun yang kios di Blok G tersebut menjadi miliknya. Dia menuturkan kondisi pasar yang dulu sempat ramai hingga ke lantai 2 dan 3. Semua kios terisi penuh, pembeli datang silih berganti. Namun, seiring berjalannya waktu pembeli makin sepi. Satu per satu pedagang pergi dan mereka mencari tempat baru untuk mempertahankan bisnis demi memenuhi kebutuhan hidup.
Selain itu, laki-laki berusia 70 tahun itu juga mengungkapkan terkadang tak ada satu pun orang yang membeli dagangannya. "Enggak tentu. Kadang-kadang cuma laris dua potong (per bulan). Untuk jajan, untuk ongkos saja enggak nutup," ujar Amin.
Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu 17 Mei 2023. TEMPO/Subekti.
Amin mengaku tinggal bersama Istri di Pulo Gebang, Jakarta Timur, bersama anaknya yang sudah mampu mencari penghasilan sendiri. Dia lebih memilih berdagang pakaian di Blok G ketimbang mencari kerjaan yang lain atau menganggur.
Kios milik Amin berada di persimpangan antara toko-toko lain yang sudah tutup lebih dulu. Beberapa kios ditempel surat peringatan dari Perumda Pasar Jaya agar segera membayar tagihan sewa.
Blok G Jadi Serang Preman
Sepinya aktivitas jual beli di Blok G Pasar Tanah Abang kian ditambah buruk dengan kabar bahwa tempat tersebut dijadikan sarang preman dan tempat nyabu. Kabar ini beredar dari para pedagang yang mengeluh ada aktivitas preman pada malam hari di Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ditemukan bong atau alat isap sabu di lantai 2 Blok G, sedangkan di lantai 3 terdapat pecahan botol miras seperti dilansir ANTARA.
Sejak pandemi Covid-19, lantai 2 dan 3 sentra busana Blok G Pasar Tanah Abang itu terbengkelai. Tempat itu diduga beralih fungsi menjadi sarang preman dan pelaku kejahatan.
Menanggapi kabar tersebut, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono akan mengecek kabar Blok G Pasar Tanah Abang yang diduga menjadi sarang preman dan pengguna narkoba. Pada saat ini beberapa lantai Blok G kosong dan terbengkalai.
Heru mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan bekerja sama dengan kepolisian untuk mengatasi masalah Blok G Pasar Tanah Abang yang rawan kriminalitas. "Kalau menyangkut kriminalitas, kami kerja sama dengan Polres," kata Heru Budi di Sunter, Jumat 7 Juli 2023,
RADEN PUTRI | M FAIZ ZAKI | NAUFAL RIDHWAN
Pilihan Editor: Ratusan Relawan Bakal Jemput Anies Baswedan di Bandara Malam Ini