TEMPO.CO, Jakarta - Tiga berita terpopuler metropolitan pada Rabu pagi dimulai dari kata pakar politik soal pernyataan Presiden Joko Widodo alias Jokowi tentang Kaesang tidak maju di Depok. Pernyataan itu dinilai sebagai sinyal dari Jokowi agar anak bungsunya itu untuk mengerem keinginannya.
Berita terpopuler lain adalah ide Jokowi dan Heru Budi tentang penerapan WFH untuk tekan polusi udara Jakarta dikritik. Pengamat kebijakan publik mengatakan WFH bukan obat mujarab seperti aspirin yang bisa tiba-tiba menyembuhkan.
Berita terpopuler ketiga adalah alasan Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto datangi rumah terduga teroris di Bekasi. Kapolda minta masyarakat waspada bila ada pendatang baru yang tertutup dan bersikap aneh.
Berikut 3 berita terpopuler kanal metropolitan pada Rabu pagi, 16 Agustus 2023:
1. Jokowi Sebut Kaesang Tidak Maju di Depok, Pakar Politik: Bentuk Kehati-hatian
Pengamat politik Citra Institute Efriza menilai pernyataan Presiden Joko Widodo alias Jokowi bahwa Kaesang tidak maju di Pilkada Depok adalah bentuk kehati-hatian dalam berpolitik. Jokowi diduga khawatir pergerakan Kaesang menjadi blunder.
Menurut Efriza, pernyataan itu mungkin saja disampaikan Jokowi sebagai ayah. Namun, dia mengingatkan apa yang dilakukan Jokowi dan Gibran saat terjun ke politik.
"Jokowi diajukan sebagai Gubernur dan capres kala itu enggan memperlihatkan kesungguhan hati maju dalam politik pemilihan tersebut," kata Efriza, Senin, 14 Agustus 2023.
Gibran juga melakukan hal yang sama. Dia menyatakan enggan ikut jejak ayahnya berpolitik, akhirnya tetap maju.
"Jika diamati keluarga itu punya sikap kehati-hatian, enggan menunjukkan antusiasme maju dalam pemilihan, menunggu hasil survei elektabilitas dan dorongan dari representasi masyarakat maupun dari internal partai," papar Efriza.
Menurut alumni Jurusan Politik IISIP Jakarta ini, apa yang dilakukan Jokowi dapat dikatakan sikap rendah hati, juga kehati-hatian, jika tak ingin dianggap gimmick. Namun diyakini Jokowi akan mengizinkan jika anaknya maju sebagai calon kepala daerah, apalagi jika itu ditugaskan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
"Disinyalir Jokowi menyampaikan itu sebagai sinyal Kaesang agar mengerem dulu keinginan dirinya. Sambil melihat situasi pro dan kontra dinasti politik Jokowi karena keikutsertaan anak dan mantu Jokowi. Sisi lain, ia dan PDIP sedang konsentrasi dulu untuk Pemilu Serentak 2024, khawatir malah gerakan politik Kaesang menjadi blunder bagi PDIP dan Jokowi," katanya.
Selain itu, Jokowi diduga masih mengamati popularitas dan elektabilitas Kaesang, maupun dukungan kelompok-kelompok maupun individu masyarakat kepada anak bungsunya untuk maju di Pilkada Depok.
"Sehingga nantinya jabatan itu bukan dicari, tapi diamanatkan, dipercayakan, dari masyarakat dan partai PDIP. Ini adalah karakter politik dari Jokowi dan keluarganya yang dibangunkembangkan sebagai kesepakatan dasar mereka berpolitik," ujarnya.
Ia menambahkan, Jokowi mungkin saja perlu melakukan itu, karena belum tahu juga nantinya kemungkinan Kaesang ditempatkan di mana oleh PDIP. Apa yang dilakukan Kaesang diduga bagian dari tes ombak oleh adik Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka itu.
"Pernyataan Jokowi juga bagian menurunkan tensi politik panas di daerah untuk konsentrasi di Pemilu Serentak 2024, sambil menaikkan kualitas Kaesang sebagai pebisnis pisang di Depok, agar menghasilkan gelombang desakan dari masyarakat mengharapkan Kaesang ikut di pilkada," ucap Efriza.
Selanjutnya ide Jokowi dan Heru Budi WFH tekan polusi Jakarta dikritik...