TEMPO.CO, Jakarta - Alat pengukur polusi udara telah terpasang cukup lama di Rusun Marunda, Jakarta Utara. Hasil pengukuran oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu disebutkan polusi masih dalam ambang batas.
Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) II Marunda Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PKRP) DKI Jakarta, Uye Yayat Dimyati, mengungkap itu saat dihubungi, Sabtu 19 Agustus 2023. Dia membantah adanya keluhan warga rusun itu karena debu batu bara.
Uye menyatakan kalau dirinya, juga sebanyak 339 staf pengelola, seluruhnya tinggal di Rusun Marunda. Dan selama hampir dua tahun dia di sana belum pernah menerima keluhan warga gatal-gatal karena polusi debu batu bara. Uye menduga penyebabnya tak melulu karena polusi debu batu bara.
“Lagian warga yang terkena (debu) tidak menyeluruh karena posisinya biasanya ketika angin barat mendorong,” ucapnya sambil menambahkan Rusun Marunda terdiri dari 29 blok atau rukun warga.
Adapun polusi debu batu bara juga dinilainya sudah jauh berkurang sejak PT Karya Citra Nusantara ditutup dan menghentikan proses bongkar muat batu bara sejak tahun lalu. Karenanya, menurut Uye, masalah gatal-gatal pada warga rusun lebih dikarena kondisi lingkungan dan sanitasi pinggir pantai dan rawan yang tidak higienis.
Kalaupun masih ada debu batu bara, dia menduga sumbernya berasal dari cerobong asap industri ataupun PLTU yang berada di sekitar Rusun Marunda.
Warga menunjukkan debu polusi batu bara di Rusun Marunda, Jakarta, Senin, 7 Maret 2022. Menurut warga, polusi batu bara sudah berlangsung sejak lama. TEMPO / Hilman Fathurrahma W
Lurah Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Agung, juga menyatakan tak dapat memastikan polusi debu batu bara penyebab gatal-gatal seperti yang ramai diberitakan. Menurutnya, permasalahan tersebut sudah ditangani Dinas Lingkungan Hidup. Warga juga telah dirujuk ke RSUD. "Itu sudah lama,” ucapnya.
Wali Kota Jakarta Utara, Ali Maulana Hakim, juga mengatakan Dinas Kesehatan sudah turun tangan mengatasi permasalahan gatal-gatal yang dialami warga Rusun Marunda. Dia menyampaikan itu ketika ditemui di RPTRA Gabus Pucung, Marunda.
Ali juga tidak bisa memastikan berapa jumlah warga rusun yang mengeluhkan gatal-gatal karena polusi debu batu bara. “Dari Dinas Kesehatan sudah di ata karena Puskesmas penanganannya memang harus segera,” tuturnya.
Pilihan Editor: Polisi Ringkus Tersangka Perdagangan Orang di Penjaringan, Jual Wanita Muda Seharga 2 Juta Rupiah