TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas udara Jakarta masih terukur tidak sehat pada pagi ini, Kamis 7 September 2023. Hasil pengukuran menurut situs IQAir ini tak berbeda sejak sebelum, awal, hingga hari terakhir pelaksanaan KTT ASEAN di Jakarta pada hari ini.
Seperti diketahui, pemerintah melakukan sejumlah langkah menekan polusi udara dan memperbaiki kualitas udara Jakarta, antara lain, untuk penyelenggaraan KTT tersebut. Beberapa yang dilakukan adalah penerapan giliran bekerja dari rumah atau work from home (WFH) hingga 75 persen untuk ASN DKI, juga razia dan tilang emisi di sektor transportasi.
Pada Kamis pagi ini, pengukuran pada pukul 5 menyebut indeks kualitas udara Jakarta sebesar 162 atau ketiga terburuk untuk kota besar di dunia. Jakarta ditempatkan di bawah Doha (Qatar) dan Beijing (Cina).
Jaringan stasiun atau alat IQAir mengukur kualitas udara terutama dari polutan debu halus atau PM2,5. Pagi ini terukur konsentrasinya sebesar 77 mikrogram per meter kubik atau 15,4 kali lebih besar daripada ambang batas standar WHO.
Stasiun kualitas udara paling berpolusi tersebar antara lain di Layar Permai PIK yang mencatatkan indeks 173. Lalu juga di Pantai Mutiara (168), Pulomas (167), Kedubes AS (165), Jeruk Purut (163), dan Kemayoran (162).
Hampir bersamaan, pukul 4, hasil pengukuran indeks standar pencemaran udara oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyebutkan lagi-lagi kawasan Lubang Buaya tidak sehat. ISPU itu juga menggunakan parameter utara PM2,5.
Di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, ISPU sebesar 116. Adapun kategori tidak sehat terentang antara 101-199.
Sejumlah titik lain memiliki hasil pengukuran ISPU dalam ketegori sedang. Mereka meliputi Bundaran HI, Jagakarsa, Kelapa Gading, dan Kebon Jeruk.
Pilihan Editor: Tarif Disinsentif Buat yang Tak Lulus Uji Emisi Berlaku di 10 Lokasi Parkir di Jakarta